Rabu, 26 Maret 2014

SESAJEN, AMONG-AMONG ATAU SEDEKAH BUMI




Sebentar lagi bangsa kita akan disuguhi pertunjukan pesta DEMOKRASI. Dimana cara berdemokrasi ini sendiri, bangsa ini meniru tata cara berdemokrasi ala barat. Tapi kita lupa bahwa cara demokrasi yang kita tiru selama ini adalah demokrasi yang hanya dipakai antar manusia dengan manusia lainnya. Pendek kata demokrasi yang kita kenal saat ini adalah demokrasi antar manusia. Apa hubungan judul diatas dengan masalah perpolitikan dinegara ini? Selama ini kita benar-benar salah kaprah tentang sesajen,among-among ataupun sedekah bumi. Hal yang saya sebutkan diatas tadi sekarang sudah di klenikkan atau cara yang dikunokan menurut peradaban saat ini. Padahal sesungguhnya dari tata cara hingga pelaksanaan dari budaya yang kita punya dan sudah mendarah daging bagi bangsa ini terkandung makna berdemokrasi yang sebenar-benarnya demokrasi. Dan ini sangat menarik kita pahami, bagaimana leluhur kita berdemokrasi sehingga bisa mencapai kejayaan bukan hanya NUSWANTARA saja. Tapi kita pernah besar dan menguasai 2/3 dunia. Dan demokrasi yang dipakai leluhur pun adalah demokrasi yang sangat santun dan tidak pernah menghilangkan hak Tuhan. Kalau demokrasi yang kita kenal justru menghilangkan hak Tuhan dan ribut tentang hak asasi manusia saja. Kemudian yang tumbuh justru suka atau tidak suka dengan manusia yang lain. Siapa yang dapat teman banyak atau voting terbesar maka akan dipercaya untuk jadi panutan atau pemimpin. Masalah nantinya sang panutan ini atau pemimpin yang terpilih ternyata hanya kedok untuk menjadi penguasa , itu urusan belakang yang jelas-jelas sangat tidak menguntungkan bagi orang lain juga yang sudah mempercayainya. Kita kembali padaya budaya leluhur yang sudah ditanamkan kepada peradaban beliau sendiri dan peradaban yang akan datang.
Dari judul di atas sebenarnya adalah cara demokrasi bukan hanya antar manusia. Tapi demokrasi untuk menghargai seluruh alam semesta yang mana sangat menghargai ciptaan Tuhan. Di budaya sesaji atau among-among ini begitu menjunjung tinggi nilai Ketuhanan. Nenek moyang kita tidak pernah meninggalkan keberadaan Tuhan yang maha agung. Angin, jin,langit, bumi,air,udara,tumbuhan dan semua yang ada dijagad alam ini sangat dihargai dan dihormati. Sehingga membentuk sistem sosial bermasyarakatpun sangat luar biasa. Makhluk selain manusia saja sangat dihargai, apalagi sesama manusia? Di segala bidangpun hal ini dilakukan. Mulai bercocok tanam sampai panenpun dilakukan budaya menghargai semua mahkluk Tuhan. Di industripun yang katanya modern, leluhur sudah melakukan. Kita lihat pada saat giling tebu. Untuk bersih desapun hal ini juga dilakukan untuk sama-sama menjaga desa dan alam semuanya. Untuk memilih pemimpinpun nenek moyang kita tidak hanya sekedar voting antar manusia saja. Semua alam diajak berpendapat dengan cara-cara seperti ini sehingga Tuhan pun akan ikut menentukan siapa yang akan memimpin. Pilihan Tuhan ini kita kenal dengan nama “ WAHYU KEPRABON”. Jadi pemimpin yang dikehendaki oleh peradaban leluhur kita adalah murni Tuhan yang memilih. Kalau di desa kita mengenal istilah “PULUNG”. Jadi sangat indah demokrasi leluhur kita sebenarnya yang justru sekarang dianggap klenik ataupun kuno.
Di lingkungan petanipun dahulu sangat menghargai pohon yang ditanam, angin, jin, dan alam seisinya. Sehingga wajar leluhur mendapatkan hasil yang melimpah tanpa harus bingung kalau tidak ada pupuk. Kita ingat dulu kalau mau tanam padi misalnya, leluhur bangsa ini akan melakukan ritual sesaji yang dimaksudkan menghargai alam dan kemudian akan merawat sampai tumbuh padi. Ditengah merawat padi ini kita dulu disungguhkan contoh yang luar bisa oleh nenek moyang kita. Dimana pada malam hari petani dimasa lalu akan dengan senag hati keluar malam untuk mengatur air. Dan yang paling utama adalah petani dulu menunjukkan rasa sayang dengan mengelilingi sawah sambil tangan disentuhkan pada daun padi. Inilah bentuk sayang yang sangat luar biasa diperlihatkan oleh leluhur kita. Kemudian pada malam-malam tertentu petani dulu keliling sawah dengan mambawa aroma harum-haruman yang kita kenal dengan nama menyan. Yang sekarang justru sangat dijauhkan dari masyarakat modern saat ini. Disisi lain menyan ini dijauhkan dari orang-orang desa, tapi dikota begitu dipuja dengan nama aromatherapy. Setelah ditelusuri ternyata aroma dari menyan ini sangat berguna sekali untuk merangsang peredaran darah di tubuh manusia. Sedangkan di tumbuhan akan merangsang pertumbuhan akar, batang, daun dan buah. Sehingga tidak heran kalau dulu leluhur kita menjadi lumbung padi dunia dengan hasil yang sangat menguntungkan bagi petani itu sendiri. Ini adalah bentuk demokrasi yang diajarkan oleh leluhur pada penerus bangsa ini yang justru sekarang dianggap klenik atau ketinggalan jaman. Sekarang hal itu kita tinggalkan dengan mengklenikkan dan mengambil budaya barat yang seolah-olah adalah kebenaran.
Pada dasarnya demokrasi yang sudah ditumbuhkan oleh leluhur kita adalah demokrasi yang sebenar-benarnya tanpa meninggalkan Tuhan sekalipun. Mudah-mudahan di pemilu akan datang kalau memang kita masih diberi kesempatan untuk melaksanakan tidak meninggalkan demokrasi yang bisa menghargai seluruh mahkluk Tuhan dan tidak menaruh Tuhan ditempat yang kita tidak tahu. Tidak terdengar lagi istilah hanya uang yang bisa menjadikan manusia sebagai pemimpin di negeri ini. Tapi Tuhan untuk sementara disisihkan ditempat yang kira-kira Tuhan tidak diberi tempat di sosial masyarakat kita saat ini. Sepertinya kita percaya keberadaan Tuhan, tapi sesungguhnya Tuhan dibohongi. Mudah-mudahan Tuhan memberi kesempatan bangsa ini untuk melakukan pemilihan umum di tahun ini. Bila tidak, maka akan ada tiga pilihan. Yang pertama:apakah reformasi lagi yang tentunya sangat berat untuk mengulang kembali reformasi yang gagal ini. Yang kedua adalah revolusi yang kerugian sebenarnya sangat besar dengan biaya yang sangat besar. Sebenarnya bukan masalah kerugian materi yang dihitung pada saat revolusi. Tapi apakah nantinya kedepan tidak akan muncul dendam-dendam baru. Sampai saat ini saja antara rakyat dan aparat keamanan saling curiga, dengan pejabat juga saling curiga. Setelah revolusi apakah tidak akan menyisakan dendam baru dari orang-orang yang terguling? Karena dari kedua produk tadi adalah buatan manusia yang tentu saja yang seolah-olah benar, tapi sebenarnya sangat tidak ada keuntungannya bagi rakyat kita nantinya. Dan pilihan yang terakhir adalah murni produk dari Tuhan yaitu EVAKUASI. Dimana Tuhan akan memberikan musibah bagi bangsa ini. Seakan-akan kita ngeri mendengar kata-kata musibah dari TUHAN. Tapi kita harus tahu bahwa ini adalah campur tangan Tuhan. Dari pilihan satu dan dua sebenarnya juga akan ada korban dan mungkin korban yang berkepanjangan. Tapi di pilihan yang ketiga tetap ada korban besar. Tapi belum tentu kita akan jadi korban, Mudah-mudahan. Selanjutnya lebih indah karena sangat kecil kemungkinan akan muncul dendam yang berkelanjutan. Karena disaat evakuasi sesama manusia baik rakyat, pejabat ataupun aparat keamanan akan saling bahu membahu mengevakuasi korban. Bisa itu korban dari musuh kita yang terdahulu sampai selamat. Sehingga disaat selesai musibah itu justru yang muncul bukan lagi perasaan dendam. Tapi perasaan saling berhutang nyawa ke sesama. Dan akan menjadi cerita baru yang indah bagi bangsa ini.
Dari tulisan ini saya harap janganlah salah paham untuk mengartikan. Tapi mungkin di masyarakat sekarang bisa membuat tatanan bernegara dengan tidak meninggalkan Tuhan. Semoga bangsa ini kedepan akan menemukan kejayaan kembali seperti yang sudah pernah dijalankan atau dirasakan oleh leluhur terdahulu dengan tidak meninggalkan Tuhan dan segala mahkluk ciptaannya. Mudah-mudahan mercusuar itu akan kembali menerangi dunia untuk menginformasikan matahari itu sudah muncul kembali dari arah timur. Tidak dari arah barat yang selama peradaban kita merasakan terbalik. Setelah peradaban kerajaan terdahulu, kita dihadapkan pada munculnya matahari dari arah barat. Seolah-olah segala sesuatu dari barat adalah kebenaran. Padahal semua itu hanya kamuflase yang memang harus kita jalani. Dan kita akan munculkan mercusuar itu kembali untuk menuntun arah jalan bangsa ini dan seluruh dunia. Sehingga kita berjalan yang benar dan bumi beredar pada jalan yang benar untuk mengitari matahari sesuai kodratnya. Yaitu TERBIT DARI ARAH TIMUR DAN TERBENAM DI BARAT. Dan demokrasi itu sebenarnya sudah ada di bangsa ini ribuan tahun yang lalu dan kalau kita tumbuhkan kembali maka akan menjadikan demokrasi yang sesungguhnya.
 LasWet - Mbah Jimat




versi PDF: https://www.mediafire.com/?o9dudm5xkux51yp



                  SESAJEN, AMONG-AMONG ATAU SEDEKAH BUMI

Sebentar lagi bangsa kita akan disuguhi pertunjukan pesta DEMOKRASI. Dimana cara berdemokrasi ini sendiri, bangsa ini meniru tata cara berdemokrasi ala barat. Tapi kita lupa bahwa cara demokrasi yang kita tiru selama ini adalah demokrasi yang hanya dipakai antar manusia dengan manusia lainnya. Pendek kata demokrasi yang kita kenal saat ini adalah demokrasi antar manusia. Apa hubungan judul diatas dengan masalah perpolitikan dinegara ini? Selama ini kita benar-benar salah kaprah tentang sesajen,among-among ataupun sedekah bumi. Hal yang saya sebutkan diatas tadi sekarang sudah di klenikkan atau cara yang dikunokan menurut peradaban saat ini. Padahal sesungguhnya dari tata cara hingga pelaksanaan dari budaya yang kita punya dan sudah mendarah daging bagi bangsa ini terkandung makna berdemokrasi yang sebenar-benarnya demokrasi. Dan ini sangat menarik kita pahami, bagaimana leluhur kita berdemokrasi sehingga bisa mencapai kejayaan bukan hanya NUSWANTARA saja. Tapi kita pernah besar dan menguasai 2/3 dunia. Dan demokrasi yang dipakai leluhur pun adalah demokrasi yang sangat santun dan tidak pernah menghilangkan hak Tuhan. Kalau demokrasi yang kita kenal justru menghilangkan hak Tuhan dan ribut tentang hak asasi manusia saja. Kemudian yang tumbuh justru suka atau tidak suka dengan manusia yang lain. Siapa yang dapat teman banyak atau voting terbesar maka akan dipercaya untuk jadi panutan atau pemimpin. Masalah nantinya sang panutan ini atau pemimpin yang terpilih ternyata hanya kedok untuk menjadi penguasa , itu urusan belakang yang jelas-jelas sangat tidak menguntungkan bagi orang lain juga yang sudah mempercayainya. Kita kembali padaya budaya leluhur yang sudah ditanamkan kepada peradaban beliau sendiri dan peradaban yang akan datang. 

Dari judul di atas sebenarnya adalah cara demokrasi bukan hanya antar manusia. Tapi demokrasi untuk menghargai seluruh alam semesta yang mana sangat menghargai ciptaan Tuhan. Di budaya sesaji atau among-among ini begitu menjunjung tinggi nilai Ketuhanan. Nenek moyang kita tidak pernah meninggalkan keberadaan Tuhan yang maha agung. Angin, jin,langit, bumi,air,udara,tumbuhan dan semua yang ada dijagad alam ini sangat dihargai dan dihormati. Sehingga membentuk sistem sosial bermasyarakatpun sangat luar biasa. Makhluk  selain manusia saja sangat dihargai, apalagi sesama manusia?  Di segala bidangpun hal ini dilakukan. Mulai bercocok tanam sampai panenpun dilakukan budaya menghargai semua mahkluk Tuhan. Di industripun yang katanya modern, leluhur sudah melakukan. Kita lihat pada saat giling tebu. Untuk bersih desapun hal ini juga dilakukan untuk sama-sama menjaga desa dan alam semuanya. Untuk memilih pemimpinpun nenek moyang kita tidak hanya sekedar voting antar manusia saja. Semua alam diajak berpendapat dengan cara-cara seperti ini sehingga Tuhan pun akan ikut menentukan siapa yang akan memimpin. Pilihan Tuhan ini kita kenal dengan nama “ WAHYU KEPRABON”. Jadi pemimpin yang dikehendaki oleh peradaban leluhur kita adalah murni Tuhan yang memilih. Kalau di desa kita mengenal istilah “PULUNG”. Jadi sangat indah demokrasi leluhur kita sebenarnya yang justru sekarang dianggap klenik ataupun kuno. 

Di lingkungan petanipun dahulu sangat menghargai pohon yang ditanam, angin, jin, dan alam seisinya. Sehingga wajar leluhur mendapatkan hasil yang melimpah tanpa harus bingung kalau tidak ada pupuk. Kita ingat dulu kalau mau tanam padi misalnya, leluhur bangsa ini akan melakukan ritual sesaji yang dimaksudkan menghargai alam dan kemudian akan merawat sampai tumbuh padi. Ditengah merawat padi ini kita dulu disungguhkan contoh yang luar bisa oleh nenek moyang kita. Dimana pada malam hari petani dimasa lalu akan dengan senag hati keluar malam untuk mengatur air. Dan yang paling utama adalah petani dulu menunjukkan rasa sayang dengan mengelilingi sawah sambil tangan disentuhkan pada daun padi. Inilah bentuk sayang yang sangat luar biasa diperlihatkan oleh leluhur kita. Kemudian pada malam-malam tertentu petani dulu keliling sawah dengan mambawa aroma harum-haruman yang kita kenal dengan nama menyan. Yang sekarang justru sangat dijauhkan dari masyarakat modern saat ini. Disisi lain menyan ini dijauhkan dari orang-orang desa, tapi dikota begitu dipuja dengan nama aromatherapy. Setelah ditelusuri  ternyata  aroma dari menyan ini sangat berguna sekali untuk merangsang peredaran darah di tubuh manusia. Sedangkan di tumbuhan akan merangsang pertumbuhan akar, batang, daun dan buah. Sehingga tidak heran kalau dulu leluhur kita menjadi lumbung padi dunia dengan hasil yang sangat menguntungkan bagi petani itu sendiri. Ini adalah bentuk demokrasi yang diajarkan oleh leluhur pada penerus bangsa ini yang justru sekarang dianggap klenik atau ketinggalan jaman. Sekarang hal itu kita tinggalkan dengan mengklenikkan dan mengambil budaya barat yang seolah-olah adalah kebenaran. 

Pada dasarnya demokrasi yang sudah ditumbuhkan oleh leluhur kita adalah demokrasi yang sebenar-benarnya tanpa meninggalkan Tuhan sekalipun. Mudah-mudahan di pemilu akan datang kalau memang kita masih diberi kesempatan untuk melaksanakan tidak meninggalkan demokrasi yang bisa menghargai seluruh mahkluk Tuhan dan tidak menaruh Tuhan ditempat yang kita tidak tahu. Tidak terdengar lagi istilah hanya uang yang bisa menjadikan manusia sebagai pemimpin di negeri ini. Tapi Tuhan untuk sementara disisihkan ditempat yang kira-kira Tuhan tidak diberi tempat di sosial masyarakat kita saat ini. Sepertinya kita percaya keberadaan Tuhan, tapi sesungguhnya Tuhan dibohongi. Mudah-mudahan Tuhan memberi kesempatan bangsa ini untuk melakukan pemilihan umum di tahun ini. Bila tidak, maka akan ada tiga pilihan. Yang pertama:apakah reformasi lagi yang tentunya sangat berat untuk mengulang kembali reformasi yang gagal ini. Yang kedua adalah revolusi yang kerugian sebenarnya sangat besar dengan biaya yang sangat besar. Sebenarnya bukan masalah kerugian materi yang dihitung pada saat revolusi. Tapi apakah nantinya kedepan tidak akan muncul dendam-dendam baru. Sampai saat ini saja antara rakyat dan aparat keamanan saling curiga, dengan pejabat juga saling curiga. Setelah revolusi apakah tidak akan menyisakan dendam baru dari orang-orang yang terguling? Karena dari kedua produk tadi adalah buatan manusia yang tentu saja yang seolah-olah benar, tapi sebenarnya sangat tidak ada keuntungannya bagi rakyat kita nantinya. Dan pilihan yang terakhir adalah murni produk dari Tuhan yaitu EVAKUASI. Dimana Tuhan akan memberikan musibah bagi bangsa ini. Seakan-akan kita ngeri mendengar kata-kata musibah dari TUHAN. Tapi kita harus tahu bahwa ini adalah campur tangan Tuhan. Dari pilihan satu dan dua sebenarnya juga akan ada korban dan mungkin korban yang berkepanjangan. Tapi di pilihan yang ketiga tetap ada korban besar. Tapi belum tentu kita akan jadi korban, Mudah-mudahan. Selanjutnya lebih indah karena sangat kecil kemungkinan akan muncul dendam yang berkelanjutan. Karena disaat evakuasi sesama manusia baik rakyat, pejabat ataupun aparat keamanan akan saling bahu membahu mengevakuasi korban. Bisa itu korban dari musuh kita yang terdahulu sampai selamat. Sehingga disaat selesai musibah itu justru yang muncul bukan lagi perasaan dendam. Tapi perasaan saling berhutang nyawa ke sesama. Dan akan menjadi cerita baru yang indah bagi bangsa ini.

Dari tulisan ini saya harap janganlah salah paham untuk mengartikan. Tapi mungkin di masyarakat sekarang bisa membuat tatanan bernegara dengan tidak meninggalkan Tuhan. Semoga bangsa ini kedepan akan menemukan kejayaan kembali seperti yang sudah pernah dijalankan atau dirasakan oleh leluhur terdahulu dengan tidak meninggalkan Tuhan dan segala mahkluk ciptaannya. Mudah-mudahan mercusuar itu akan kembali menerangi dunia untuk menginformasikan matahari itu sudah muncul kembali dari arah timur. Tidak dari arah barat yang selama peradaban kita merasakan terbalik. Setelah peradaban kerajaan terdahulu, kita dihadapkan pada munculnya matahari dari arah barat. Seolah-olah segala sesuatu dari barat adalah kebenaran. Padahal semua itu hanya kamuflase yang memang harus kita jalani. Dan kita akan munculkan mercusuar itu kembali untuk menuntun arah jalan bangsa ini dan seluruh dunia. Sehingga kita berjalan yang benar dan bumi beredar pada jalan yang benar untuk mengitari matahari sesuai kodratnya. Yaitu TERBIT DARI ARAH TIMUR DAN TERBENAM DI BARAT. Dan demokrasi itu sebenarnya sudah ada di bangsa ini ribuan tahun yang lalu dan kalau kita tumbuhkan kembali maka akan menjadikan demokrasi yang sesungguhnya. 


LasWet -  Mbah Jimat


versi PDF: https://www.mediafire.com/?o9dudm5xkux51yp