Damarwulan ke Blambangan
Damarwulan
kini telah hampir berusia 20 tahun, sebuah umur yang cukup belia namun
sesungguhnya Damarwulan telah menghabiskan masa kecil dan masa remajanya
belajar segala macam ilmu di pesanggrahan Madakaripura di bawah bimbingan Resi
Tunggul Manik ayah angkatnya. Bagi pemuda seusia Damarwulan dengan berbagai
macam ilmu pengetahuan dan ilmu Kedigdayaan
Jaya Kawijayan tentunya sulit dicarikan tandingan, bahkan untuk senopati
yang sudah berpengalaman seperti Wikramawardhana sekalipun akan sulit
menandingi Damarwulan. Dengan alasan supaya ilmu yang didapatkannya di
Madakaripura lebih sempurna maka Damarwulan diperintahkan resi yang dulu adalah
mantan Mahapatih I Hino diMojopait untuk berkelana menuju Tlatah Blambangan.
Pada hari
yang telah ditentukan Damarwulan meminta restu ayah angkatnya di Madepa ,"
Duh bapa, tibalah saatnya ananda hendak melanglangbuana menyempurnakan segala
ilmu yang telah bapa ajarkan pada ananda."
"
Ngger bapa selalu merestuimu, ingatlah ngger kepergianmu ke Tlatah Blambangan
hanyalah untuk menyempurnakan ilmu dan kemampuanmu, bukan untuk berhadapan
dengan Minak Jinggo atau dulu disebut senopati ing ngalaga Wikramawardhana,
karena memang belum saatnya ngger."
" Sendika dawuh bapa, ananda sebisa mungkin
menghindari berhadapan dengan paman Minak Jinggo." " Baiklah ngger
sebelum saatnya tiba nanti, jangan sampai ada yang tahu ananda anak angkatku ngger."
" Inggih bapa, sekarang ananda mohon pamit."
Damarwulan memberi sembah pangabekti pada ayah angkatnya
dengan tulus, Resi Tunggul Manik meraih pundak Damarwulan dan memeluknya
erat-erat, memang setelah sekian lama tinggal bersama di pesanggrahan
Madakaripura tentu saja ada perasaan yang mengikat keduanya, Damarwulan dengan
berat hati harus meninggalkan orang yang selama ini mengasuhnya seperti ayah
kandungnya sendiri ,demikian pula sang resi amat mengasihinya seperti anak
kandungnya sendiri. Akhirnya dengan berat hati Damarwulan melangkah keluar dari
kompleks pesanggrahan Madakaripura yang lebih pantas disebut sebuah kompleks
kedaton menuju arah timur, yaitu kadipaten Lamajang sebelah barat Blambangan.
Sementara itu di kedaton Mojopoit di tengah kota
Sastrowulan yang besar dan megah termashyur sejagad, tampaknya kegelisahan
menghinggapi hati Mahaprabu Hayam Wuruk
" Paman-paman sekalian terus terang sebagai Maharaja
hatiku selalu gelisah dengan sikap paman Wikramawardhana yang membawa seluruh
pasukan amukti palapa dari markas besar bedander pergi menuju Blambangan, ini
sangat menjatuhkan wibawa wilwatikta sebagai penguasa dunia." Para mantri
yang hadir di puri dalem keprabon tidak ada yang berani menjawab, karena memang
sesungguhnya semua itu terjadi karena kesalahan Mahaprabu Hayam Wuruk sendiri
yang tanpa perhitungan mengusir dan memecat Mahapatih I Hino Gajahmada setelah
perang Bubat sepuluh tahun yang silam.
Temenggung
Arya Mandalika Empu Nala memberanikan diri berbicara kepada Mahaprabu Hayam
Wuruk ," Mohon beribu ribu ampun gusti, menurut hamba, hanyalah Mahapatih
Gajahmada yang bisa melunakan hati kakang Wikramawardhana gusti .."
Mahaprabu Hayam Wuruk semakin gundah gulana ,lalu
kemudian bersabda ," Paman nala, itu memang benar paman .... Sungguh
menyesal dulu kenapa diriku dilanda amarah yang meluap luap sehingga harus
mengusir Mahapatih Gajahmada yang tak lain adalah ayah kandungku sendiri,
sungguh hatiku telah dibutakan oleh cinta ...." kalimatnya terhenti
sejenak ,dengan menghela napas sang Mahaprabu melanjuntukan sabdanya,"
kini bahkan aku tak punya muka untuk meminta ayahanda Gajahmada kembali ke
Mojopait, inilah kesalahanku yang mengakibatkan turunnya kewibawaan negara
...semua salahku paman! "
Temenggung Arya Mandalika Empu Nala dan semua temenggung
yang hadir berusaha menghibur hati rajanya yang gundah gulana yang sejak perang
Bubat lalu memutuskan untuk wadat, tidak menikah seumur hidupnya karena
gagalnya pernikahan beliau dengan putri Dyah Pitaloka yang sangat dicintainya.
Sementara itu di perbatasan kadipaten Lamajang disebelah
barat, tampak Damarwulan sedang beristirahat disebuah warung diujung desa.
Damarwulan sedang makan didalam warung tersebut yang kebetulan juga banyak
orang sedang makan dan terlibat dalam pembicaraan, " Nuwun sewu dari manakah
kisanak ini tampaknya bukan dari desa ini?" tanya seorang aki yang duduk
disebelah Damarwulan.
" Saya dari keling aki, memangnya ada apa aki
?" tanya Damarwulan sambil menghabiskan sepotong tempe goreng ,"
ituloh di Blambangan ada ujian untuk para pemuda yang ingin menjadi prajurit
khusus, apa aden mau ikut ?"
" Tidak aki ,saya hanyalah seorang pengelana, kenapa
Blambangan memerlukan para pemuda untuk dijadikan prajurit khusus aki?"
Damarwulan berusaha mencari tahu keadaan di Tlatah Blambangan.
" Aden ini kayak tidak tahu saja apa maunya Minak
Jinggo itu .."
"
Memang saya tidak tahu aki .."
" Aden
sejak sepuluh tahun yang lalu Minak Jinggo yang dulunya seorang panglima
angkatan perang Amukti Palapa yang bernama Temenggung Wikramawardhana membawa
seluruh pasukannya menyingkir menuju ujung timur Jawa mendirikan kedaton
Bangbangan yang berwarna merah sebagai bentuk perlawanannya terhadap keputusan
Mahaprabu Hayam Wuruk yang mengusir dan memecat Mahapatih Gajahmada setelah
perang Bubat."
" Oh
begitu kejadiannya ya ki .."
"
Tujuan Blambangan memperbanyak prajurit jelas untuk berjaga-jaga dari serangan
dari Mojopait, termasuk meluaskan pengaruhnya sampai di kadipaten Lamajang
ini."
Damarwulan
terus mencari tahu perkembangan Minak Jinggo di Tlatah Lamajang, setelah dirasa
cukup beristirahat, makan minum diwarung tersebut Damarwulan melanjutkan
perjalanan menuju kota Lamajang, Tepat tengah hari Damarwulan memasuki
kota Lamajang yang besar, bangunan bangunan kedatonnya amat megah dan tinggi
menjulang sehingga masyarakat Lamajang dan diluar Lamajang sering juga dijuluki
kadipaten Argopuro yang artinya kadipaten atau kerajaan yang bangunan
kedatonnya besar dan tinggi seperti gunung.
Damarwulan
amat mengagumi kemegahan kota dan kedaton Lamajang ini, dia tak henti hentinya
takjub dan bangga dengan arsitektur dan kemegahan kota ini. Setelah puas
mengelilingi kota Damarwulan pergi ke pinggiran kota, disana terjadi keributan
antara pedagang Manduro dan pedagang Cina sehingga timbullah perkelahian.
Pedagang
Cina itu bertahan dari serangan pedagang Manduro yang menyerang membabi buta
dengan senjata tajam, entah apa yang mereka selisihkan, Damarwulan hanya
menyaksikan perkelahian ini dia tak mau turut campur. Namun ketika pedagang Cina
terdesak oleh serangan lawannya yang membabi buta maka Damarwulan meloncat dan
menghentikan perkelahian, “Cukup sudah paman! Tak usah dilanjuntukan
perkelahian ini, ada apa kenapa mesti berkelahi? Sebagai sesama pedagang kalian
harus kerjasama bukan berkelahi paman.“
Keduanya
berhenti dan mundur membereskan barang dagangannya yang sempat berantakan
akibat perkelahian mereka. Dia yang memulai ejekan kalau saya curang dalam
berdagang. Si pedagang Cina menyudutkkan temannya, " kamu yang curang !
Katanya negeri Manduro itu amat terbelakang !"
Kedua
pedagang itu masih sibuk adu argumentasi, Damarwulan berusaha menengahinya,
ketika kedua pedagang itu masih ngeyel tak lama kemudian dari arah timur
gerbang kota datanglah rombongan pasukan yang sedang mengawal kereta kuda
seorang bangsawan. Karena melihat kehadiran rombongan tersebut kedua pedagang
kelontong dan Damarwulan memilih menepi melihat siapa yang ada dikereta kuda
yang mewah tersebut, ternyata dia adalah seorang putri kedaton yang sangat
cantik jelita mempunyai rambut panjang yang terurai. Damarwulan terpesona
melihat keanggunan dan kecantikan putri itu sampai sampai matanya melihat tak
berkedip," Paman siapakah putri itu ?"
Pedagang
Manduro menjawab," Bocah bagus, itulah putri dari Minak Jinggo putri
Kencono Wungu ... Kenapa?"
Pedagang
Cina menyela," Janganlah bermimpi terlalu tinggi anak muda, putri Kencono
Wungu terlalu tinggi untuk dijangkau."
" Ah
paman paman ini ada-ada saja, mana mungkin saya yang cuma anak desa ini
berharap memilki putri kedaton seperti Raden Ayu Kencono Wungu paman ..mimpipun tak
berani."
" Anak
muda kalau cuma mimpi boleh saja ...siapa tahu yang Mahakuasa menentukan
lain." tukas pedagang Cina, Damarwulan memang terpesona oleh kecantikan putri
Minak Jinggo itu
"
Paman bisa saja tapi paman kenapa putri dari Minak Jinggo itu memasuki kota
Lamajang ini ?"
"
Raden Ayu Kencono Wungu memang sering
berkunjung ke Lamajang terutama menemui putri Lamajang Raden Ayu Anjasmoro di
kaputren Lamajang apalagi secara politik adipati Lamajang terpengaruh Minak
Jinggo pendiri Bangbangan atau Blambangan."
"
Raden Ayu Dewi Anjasmoro juga tak kalah cantik dengan Raden Ayu Kencono Wungu
mereka bagaikan sepasang Dewi yang turun dari langit .." Damarwulan terus mendengarkan
penuturan kedua pedagang yang sempat tadi berkelahi itu.
" Apa
benar begitu paman?"
"
Tentu saja cah bagus, kamu saja yang belum melihat kecantikan Raden Ayu Dewi
Anjasmoro itu, bahkan kecantikannya tak kalah dengan putri dari Pakuan Sang Dyah
Pitaloka yang termasyur ini."
"
Apakah para pangeran dari mancanagara tidak tertarik pada kedua putri cantik
itu paman .."
" Itu
pasti ...tetapi mereka takut berurusan dengan Lamajang dan Blambangan khususnya
Minak Jinggo mantan panglima armada amukti palapa yang amat melegenda
itu."
Damarwulan
semakin penasaran dengan kedua putri cantik seperti yang diceritakan kedua
pedagang tadi siang, malam harinya dia menginap dirumah salah satu pedagang
yang berasal dari Manduro yang bernama Ki Jaya Taruno. Ki Jaya Taruno berbincang-bincang dengan Damarwulan dimadepa
rumahnya sambil minum wedang jahe hangat," Damarwulan sebenarnya engkau
hendak kemana? Kulihat sepertinya engkau bukanlah pemuda desa biasa .."
"
Paman taruno bisa saja, saya ini cuma pemuda dari desa paman tak punya
kelebihan apapun ..." Jawab Damarwulan menepis kecurigaan Ki Taruno.
" Damar begitu toh cah bagus ..."
"
Paman Taruno sendiri kok hidup sendiri tak punya isteri dan lagi kok suka
bertengkar sampai berkelahi dengan Paman Wong tadi siang?" Ki Jaya
Taruno terkekeh mendengar pertanyaan
Damarwulan.
"
Damar Damar, aku dan wong tiap hari memang begitu, kami sejak kecil sudah
berteman bahkan bapaku dan bapanya si Wong itu bersahabat, sebenarnya bapaku
dulu adalah prajurit Manduro sedangkan bapanya paman Wong dulu prajurit
Mongolia .." Damarwulan mendengarkan kisah Ki Jaya Taruno.
" Dulu
sewaktu peperangan di Ndandangan prajurit Mongol sebagian besar tewas dibunuh
setelah diadakan pesta mabuk-mabukan oleh pasukan Raden Wijaya, bapanya paman
Wong juga mabuk namun lolos dari pembunuhan karena pura-pura mati, selanjutnya
oleh bapaku yang prajurit Manduro tubuh bapannya paman Wong diangkat disembunyi
di suatu tempat yang aman sehingga tetap hidup, sejak saat itulah mereka
bersahabat."
"
Begitu kisahnya ki,, rupanya bapa Ki Taruno baik sekali ya.."
Karena
malam telah larut Damarwulanpun beristirahat dikamar yang disediakan Ki Taruno
untuknya, semakin mencoba memejamkan mata semakin sulit Damarwulan tidur, dia
terbayang bayang kecantikan putri Kencono Wungu yang kebetulan dilihatnya tadi
siang, rupanya Damarwulan jatuh hati pada putri dari Blambangan itu.
Karena
lelah Damarwulanpun tertidur, dalam tidurnya bermimpi berjumpa putri Kencono
Wungu....disebuah tamansari yang indah. Di sana tampak putri Kencono Wungu yang
sedang memetik bunga sambil bersenandung. Damarwulan hanya
bisa terkagum-kagum dan tak sengaja menginjak dahan kering. Putri Kencono Wungu
kaget dibuatnya,“ Siapakah itu?“
Damarwulan memberanikan diri muncul. Putri Kencono Wungu
pun bertanya," Siapakah engkau hai andhika? Kenapa andhika berani masuk
tamansari keputren Blambangan ?" tanya putri Kencono Wungu karena ada
pemuda yang berani masuk tamansari kaputren, dengan gelagapan Damarwulan
menjawab,
" Mohon ampun Raden Ayu, hamba tak sengaja masuk
kesini karena hamba mengejar seseorang durjana .."
" Tidakkah andhika tahu ini kawasan kaputren,
terlarang bagi para pria masuk kesini, apakah andhika ingin dihukum mati?"
" Mohon ampun Raden Ayu, hamba mengaku bersalah
..." Raden Ayu Kencono Wungu tersenyum penuh arti pada Damarwulan,
Damarwulan merasa hatinya berdebar-debar,
" terimakasih atas kebaikan Raden Ayu Kencono Wungu ..." setelah menyembah,
Damarwulan mundur namun tiba tiba blaaaak !!! Damarwulan terjadi dari dipan
tempat tidurnya, ternyata dia baru bermimpi bertemu putri Kencono Wungu.
Damarwulan bangkit, dia mengusap usap kedua matanya
seolah tak ingin mengakhiri mimpinya bertemu putri Kencono Wungu yang telah
benar-benar mencuri hatinya," Duh Raden Ayu Kencono Wungu hatiku benar-benar
untuk dirimu." gumam Damarwulan dalam hati.
Keesokan harinya Damarwulan membantu Ki Jaya Taruno mempersiapkan dagangan menuju tempat jualan
di dekat pintu gerbang timur kota Lamajang.
Hari itu seperti biasanya Ki Jaya Taruno dan Aki Wong berdagang kelontong
berdampingan, namun mulai hari Damarwulan ikut membantu Ki Jaya Taruno berdagang, tentu saja Aki Wong syirik dan
memulai pembicaraan dipagi itu dengan ocehannya.
"
Wah-wah enak betul Taruno ya ada yang bantu jualan."
" Jangan mulai cari gara-garalah Wong, masih pagi
dagangan belum ada yang laku."
"
Pagi-pagi jangan marah-marah lho lekas tua lho, he he ." Damarwulan hanya
tersenyum mendengar kedua pedagang kelontong yang sudah saling rindu ini.
Siangpun mulai
merangkak naik, dagangan Ki Jaya Taruno
maupun Aki Wong mulai laris manis terjual, namun tetap saja bertengkar
dan terus bertengkar rupanya memang itulah cara mereka menyungkapkan rasa
cintanya masing masing memang, aneh. Malampun mulai datang begitulah Damarwulan
tak terasa telah hampir tujuh hari lamanya Damarwulan tinggal rumah Ki Jaya
Taruno.
Sementara
itu di kaputren Lamajang tampak Dewi Kencono Wungu bercengkrama dengan Dewi
Anjasmoro di tamansari," Mbak yu Kencono Wungu belum pernah sowan ke Sastrowulan
menghadap mahaprabu brawijaya?"
"
Sebenarnya ingin dinda tetapi Ramanda Wikramawardhana melarangnya dinda dan
berkeras hati hendak melawan mahaprabu di Sastrowulan ."
" Iya
mbak yu sama seperti Ramanda Loh Gender, padahal mbak yu satrio Mojopait itu
bagus-bagus lho mbak yu."
"
Dinda bisa saja, dinda sendiri juga pasti suka sama satrio satrio
baguskan?" Dewi kencono dan Dewi Anjasmoro sama-sama tersenyum mendengar
candaan masing-masing .
" Mbak
yu Kencono Wungu dinda dengar paman Wikramawardhana sedang menyaring para
pemuda di Blambangan dididik dan digembleng menjadi prajurit khusus?"
"
Benar dinda, Ramanda hendak memperkuat pertahanan kedaton Blambangan dari
kemungkinan serangan dari Mojopait, karena menurut wisik yang didapat Ramanda
kelak disuatu hari Blambangan akan diserbu seluruh armada Mojopait yang
dipimpin seorang satria yang tidak dikenal."
"
Waduh satrio lagi mbak yu, jadi penasaran nih." Dewi Anjasmoro menggoda
Dewi Kencono Wungu .
"
Dinda itu tanya tanya kok malah digodain sih dinda, masalahnya dinda kalau itu
benar-benar terjadi, pertumpahan darah lagi seperti perang Bubat dulu dinda
...." mendengar penuturan Dewi Kencono Wungu terdiam beberapa saat
.....memang kejadian perang Bubat itu terjadi ketika mereka Dewi Kencono Wungu
dan Dewi Anjasmoro masih berumur 8 tahun namun kisah dahsyatnya perang di
bedander telah tersiar ke penjuru Nuswantara termasuk kedua putri itu .
Selanjutnya
Dewi Anjasmoro kembali meneruskan pembicaraan dengan Dewi Kencono Wungu
mengenai situasi di Blambangan dan Lamajang, " Mbak yu Kencono Wungu
bisakah kita berdua mencegah kemungkinan peperangan antara Blambangan dengan
Mojopait karena letak kadipaten Lamajang ada ditengah pasti terkena dampaknya,
terlebih Ramanda Loh Gender cenderung menentang Mojopait?"
"
Mungkin kita bisa dinda Anjasmoro, mbak yu akan melunakkan hati Ramanda
Wikramawardhana supaya menghentikan kegiatan-kegiatan yang membuat Mahaprabu
Hayam Wuruk marah dan curiga pada Blambangan, dinda sendiri juga harus menyakin
paman Adipati Loh Gender."
"
Betul saya setuju dengan usul mbak yu."
"
Baiklah mbak yu."
Memang
sudah sepuluh hari Raden Ayu Kencono Wungu menginap di kaputren Lamajang
bersama pemiliknya Raden Ayu Anjasmoro, keesokan harinya Raden Ayu Kencono
Wungu minta diri pulang kembali ke Blambangan kepada Adipati Loh Gender di puri
keprabonnya lalu segera kembali memimpin rombongan prajurit bergerak melewati
gerbang kota Lamajang sebelah timur. Banyak masyarakat di sepanjang jalan
menyaksikan perjalanan pulang putri Blambangan itu termasuk Damarwulan dan
kedua aki pedagang kelontong tersebut.
Ketika
rombongan putri Blambangan itu hampir melewati pintu gerbang mendadak ada
sebuah pisau laser melesat dari luar tembok beteng mengarah ke putri Kencono
Wungu yang duduk diatas kereta kencana yang ditarik empat ekor kuda perkasa ,
" Swaaaaaasss !!! " Para prajurit pengawal tak waspada dengan
serangan mendadak ini namun dengan cekatan dan trengginas sesosok tubuh
berkelebat menghadangnya!
Terjadilah
benturan dahsyat blaaaaarrr !!! Dalam sekejab pisau laser itu hancur berkeping
keping ,kini dihadapan putri Kencono Wungu dan semua yang ada nampak berdiri
seorang pemuda gagah perkasa berbusana rakyat kebanyakan, putri Kencono Wungu
tersenyum dan bahagia karena selamat dari bahaya yang mengancam diri, lalu
pemuda yang tak lain adalah Damarwulan berlutut memberi penghormatan pada putri
Blambangan itu.
"
Berdirilah andhika, aku Kencono Wungu putri adipati Blambangan menghaturkan
terimakasih yang sebesar besarnya atas pertolongan andhika yang menyelamatkan
nyawaku dari serangan musuh, siapakah nama andhika ini?" Raden
Ayu Kencono Wungu bertanya .
" Nama hamba Damar, Raden Ayu."
" Baiklah Damar sekali lagi terimakasih atas
pertolonganmu padaku ..."
Raden Ayu Kencono
Wungu memandang wajah Damarwulan sambil tersenyum amat manis, seolah ada
sesuatu yang merekah didalam hatinya, Damarwulan yang sebelumnya memang sudah
menaruh hati kepada putri cantik itu juga salah tingka, sesaat mereka diam
sambil sesekali mencuri pandang, para prajurit yang mengawal putri Blambangan
mengerti kalau junjungan sedang terkena panah asmara, sehingga mereka
tersenyum-senyum dan mendehem-dehem tentu saja Raden Ayu Kencono Wungu semakin
memerah wajahnya menahan malu, akhirnya Ki Jaya Taruno dan Aki Wong mendekati Damarwulan dan
menepuk-nepuk pundak pemuda yang juga terkena asmara itu lalu Ki Jaya
Taruno berkata pada Raden Ayu Kencono Wungu," Mohon beribu ampun gusti
ayu, memang anak hamba ini lancang berani menghambat perjalanan tuanku,
sekarang silahkan gusti ayu melanjutkan perjalanan."
" Benar paman eh, paman Wirotama mari lanjutkan
perjalanan paman eh ..." dengan salah tingkah Raden Ayu memerintahkan
kepada Bekel Wirotama untuk menyiapkan para prajurit pengawal yang berjumlah
300 orang itu agar melanjuntukan perjalanan,namun Bekel Wirotama mengatakan sesuatu,
" Ampun gusti ayu, bukankah kanjeng gusti
Wikramawardhana hendak mencari prajurit khusus yang tatag, tanggon, trengginas
sakti mandraguna seperti anak muda yang telah menyelamatkan gusti ayu?"
Raden Ayu Kencono Wungu tersenyum
mendengar kata Bekel Wirotama.
" Benar paman Wirotama, andhika Damar jika andhika
mau jadi prajurit khusus di Blambangan datanglah ..." Damarwulan tersenyum
dan menggangguk sementara Aki Taruno tersenyum, Aki Wong menyahut," pasti
gusti ayu Damar pasti datang gusti .." Raden Ayu Kencono Wungu tersipu malu demikian pula
Damarwulan, lalu rombonganpun meninggalkan pintu gerbang menuju Tlatah
Blambangan.
Sepeninggal Raden Ayu
Kencono Wungu, Ki Jaya Taruno dan
Aki Wong berbicara pada Damarwulan, Aki Wong berbicara dulu," Damar kini
perjuangkanlah diri dan cintamu ke Blambangan, ikutlah takdirmu." lalu
disambung ki Taruno," Bener kata paman wong Damar, pergilah ke Blambangan
, kejarlah takdirmu, kami yakin engkau akan menjadi orang besar dikemudian
hari, pergilah .."
Damarwulan kemudian merangkul kedua aki tersebut,"
Baiklah Aki Taruno, paman Wong mohon maaf merepotkan aki dan paman, kini
saatnya ke Blambangan, terimakasih atas semuanya .." Damarwulan pun
meninggalkan kedua pedagang kelontong itu menuju ke Blambangan sesuai perintah
bapanya Resi Tunggul Manik.
Dalam perjalanan itu Damarwulan melewati beberapa tempat
yang bergunung-gunung, lembah-lembah dan beberapa kedaton kuno peninggalan
zaman sebelum Mahabrata bahkan Ramayana, namun yang benar-benar menakjubkan
adalah Gunung Mahameru atau disebut Gunung Mandalgiri. Gunung yang sangat
tinggi menjulang ke angkasa, konon menurut kisah Gunung Mahameru sebelumnya ada di
sebelah barat Blambangan dan sebelah timur Lamajang. dulu terletak di
Kelansapura di pulau Swarnadwipa, dahulu kala pulau Jawa terombang ambing,
berguncang guncang karena belum punya pasak yang membuatnya kokoh, atas
perintah para dewa diangkatlah Gunung Mahameru yang semula ada di Swarnadwipa
dibawah menuju pulau Jawa, dalam perjalanan banyak bagian gunung yang jatuh
berceceran akhirnya menjadi gunung dan pegunungan disepanjang Swarnadwipa dan
Jawadwipa, lalu untuk memudahkan transportasi akhirnya Gunung Mahameru yang
tersisa ditancapkan disebelah timur Lamajang dan sebelah barat Blambangan.
Gunung Mahameru ini merupakan gunung tertinggi di Jawa,Damarwulan
mencoba mendaki gunung ini dari arah barat. Dalam perjalanan ini Damarwulan
mendapat banyak rintangan dari bermacam macam bentuk mulai dari hadangan para
penyamun perampok, pendekar-pendekar sampai hewan-hewan buas, namun semua bisa
dihadapi Damarwulan hanya ada rintangan yang lumayan berat yaitu hadangan dari
pendekar Kuda Tilarso, seorang pendekar sakti mandraguna dari lereng Mahameru
yang termashyur. Ketika perjalanan semakin menanjak, terjal dan pepohonan mulai
jarang Damarwulan memutuskan untuk beristirahat dan bermalam ditempat itu,
kemudian Damarwulan mencari cari tempat yang aman untuk bermalam, tak lama
kemudian dia menemukan sebuah goa yang cukup besar.
" Ah sebuah goa yang besar lumayan untuk
bermalam." Damarwulan memasuki goa tersebut ,kondisi goa cukup bersih
kelihatan kalau goa ini sering didatangi manusia atau bahkan ada manusia yang
menghuni goa itu. Setelah masuk cukup dalam Damarwulan menemukan sebuah batu
yang datar cukup untuk merebahkan tubuh, dia memutuskan berhenti dan merebahkan
dirinya diatas batu yang datar itu ," Oohh nyaman juga batu ini , tubuhku
pegal pegal capek seharian jalan kaki mendaki Gunung Mahameru ..."
Haripun menjadi gelap, suara suara binatang malam mulai
berlomba mengeluarkan suara-suara emasnya, Damarwulan menyalakan api unggun
dengan ranting ranting kering yang berceceran dilantai gua. Tak lama kemudian
perutnya terasa lapar lalu Damarwulan mengambil makanan yang diambil dari
bekalnya, lalu memakannya dengan lahap. Tak terasa malam makin larut
Damarwulanpun kembali berbaring dibatu datar, tiba-tiba dia merasakan kehadiran
seseorang yang berjalan menuju tempatnya berada," Hm aku mendengar langkah
langkah kaki seseorang yang hendak kesini, aku harus waspada."
Damarwulan tetap berbaring telentang sambil memejamkan
kedua belah matanya pura-pura tidur, sementara suara langkah kaki itu semakin
mendekat dan mendekat. Hingga benar-benar mendekat dan dengan terkejut dan
marah," Hey ! Siapa kau ! Berani masuk ke sini !"
Dan Damarwulan tetap berbaring pura-pura tidur sehingga
sesosok berbaju hitam itu semakin marah," Kurangajar ! Budek ! Ayo bangun
! Bosan hidup ya kamu?"
" Bangsaaat ! Hiyaaaa .!!!" dengan marah sosok
ini melancarkan tendangan yang mengarah ke Damarwulan yang masih pura-pura
tidur ,namun dengan cekatan Damarwulan menghindari serangan orang ini,"
Hop hiyaaa !!" karenanya kemudian terjadi pertarungan yang sengit
,Damarwulan dengan ketangkasan melayani pertarungan dengan segala ketangkasanya
, akhirnya pertarungan antara mereka terhenti karena Damarwulan yang
memintanya.
" Tunggu dulu kisanak! Tunggu hentikan serangan !
Apa kesalahan saya kisanak !"
Damarwulan mencoba sosok berbaju hitam yang wajahnya
terlihat samar-samar karena kondisi didalam gua itu agak gelap karena
penerangannya hanya dari api unggun.
" Kenapa harus berhenti pengecut! Apa kau takut ?
Jelas kau punya kesalahan padaku ! Karena kamu telah lancang masuk rumah
pendekar Kuda Tilarso !!!" sosok itu rupanya pendekar sakti Kuda Tilarso.
" Oh maafkanlah kelancangan saya tuan pendekar Kuda
Tilarso, saya kemalaman sehingga terpaksa masuk kesini tuan maafkan saya sekali
lagi." namun Kuda Tilarso tak ambil pusing dengan permintaan maaf dan
alasan Damarwulan ," Jangan banyak bacot! Ayo hadapi Kuda Tilarso pendekar
sakti dari lereng Mahameru!" dengan gerakan memutar Kuda Tilarso kembali
menyerang Damarwulan yang nampak belum siap dengan serangan kali ini sehingga
dadanya terkena terjangan dan pukulan musuhnya dan terjungkal.
" Haha haha haha hanya segitukah kemampuanmu?"
Damarwulan yang terjungkal kembali bangkit mencoba meraih kekuatannya,"
Baiklah tuan pendekar Kuda Tilarso saya harus membela diri saya .."
" Bagus! Jika engkau tidak melawan engkau akan
mampus!!!! Ayo tunjukan
kelebihanmu he satrio! Ayo tahan jurusku hiyaaaaa!!!!!!!"
Pertarungan
kembali berlangsung dengan serunya, kali ini Damarwulan tidak hanya menghindar
dari serangan namun juga melancarkan jurus-jurusnya, melihat hal ini Kuda
Tilarso semakin bernafsu menyerang Damarwulan meningkatkan jurus-jurus
pamungkasnya. Damarwulanpun melayani serangan pendekar ini, sehingga pada suatu
kesempatan yang tepat Damarwulan mendaratkan pukulannya telak mengenai dada
Kuda Tilarso, hingga tubuh Kuda Tilarso terdorong beberapa langkah ke belakang,
sambil meringis menahan sakit Kuda Tilarso mengumpat," bangsaat !!!!!!
Rupanya kamu pendekar pilih tanding siapa engkau sesungguhnya!”
Damarwulan
tersenyum dan menjawab ," Saya hanya pemuda biasa dari kaki Gunung Kampud
tuan."
" Aku tak percaya dengan kata katamu! Sekarang kita
lanjutkan pertarungan ini! "
" Tunggu dulu tuan apa gunanya pertarungan
ini?"
" Untuk menunjukan siapa yang paling digdaya
diantara kita!"
" Kalau hanya untuk itu baiklah tuan Kuda Tilarso
saya mengakui kedigdayaan tuan atas saya ."
" Kedigdayaan harus diraih dengan pertarungan! Ayo
jangan banyak omong! Tahanlah jurusan dan ajian pamungkasku hiyaaaaat!!"
Kuda Tilarso segera mengeluarkan Ajian Lebur Saketi-nya, tubuhnya bergetar menggelorakan kekuatan
yang amat besar, Damarwulan bersiap menghadapi serangan kali ini dengan
menggunakan Ajian Tameng Wojo. Kuda
Tilarso menyerang membabi buta ke tubuh Damarwulan sehingga menimbulkan ledakan
ledakan yang mengglegar, Damarwulan hanya berdiam diri membiarkan tubuhnya
ditendang dipukul dengan bertubi-tubi namun tubuh Damarwulan tak bergeming
sedikitpun. Lama-kelamaan tenaga Kuda Tilarso habis, dia seperti memukul baja
yang amat kokoh kaki dan tangannya sampai berdarah darah karenanya, sampai pada
akhirnya Kuda Tilarso ambruk tak berdaya.
Damarwulan menghentikan Ajian Tameng Wojonya dan mendekati Kuda Tilarso yang tertelungkup
kehabisan tenaga, lalu dengan menyentuh tangan Kuda Tilarso Damarwulan
mengetahui kalau pendekar itu benar-benar tak berdaya kemudian mengangkat tubuh
Kuda Tilarso keatas batu datar. Kemudian Damarwulan duduk bersila dihadapan
Kuda Tilarso, mengerahkan hawa murni dari tenaga dalamnya
" Aku harus menyalurkan hawa murni untuk memulihkan
tenaganya." beberapa saat kemudian Kuda Tilarso didudukan berhadapan
dengan dirinya, lalu kedua tangannya ditempelkan kedua dada Kuda Tilarso ,lalu
menyalurkan hawa murninya.
Setelah beberapa lama Kuda Tilarso mulai pulih tenaganya,
Damarwulanpun menghentikan pengaliran hawa murninya, Kuda Tilarso tertunduk
malu karena telah diselamatkan jiwanya oleh orang yang justru tadi
dimaki-makinya ditendang bahkan diserang hendak dibunuhnya, Damarwulan
tersenyum Ramah pada Kuda Tilarso dan berbicara," bagaimana keadaan tuan
pendekar ,apa sudah baikan ? Kulihat tangan dan kaki tuan luka luka mau saya obati
tuan."
" Tidak tuan tangan dan kaki saya tidak apa apa
....maafkan saya tuan, saya sangat tidak tahu diri ....justru tuan malah
menyelamatkan nyawa saya, sungguh tak tahu malu saya tuan .." Kuda Tilarso
membungkuk meminta maaf pada Damarwulan.
" Tak perlu sampai begitu tuan, sudahlah tuan yang
penting kondisi tubuh tuan membaik jangan berpikiran macam macam dulu."
Kemudian Damarwulan menyuguhkan makanan bekalnya pada
Kuda Tilarso .
" Sebenarnya siapakah tuan ini dan hendak
kemana?"
" Saya berasal dari desa dikaki Gunung Kampud dekat
kedaton lama Hastinapura, nama saya Damar, saya hanya pengelana yang ingin
melihat Blambangan ."
" Jika tuan memerlukan sesuatu saya akan memenuhinya
tuan ."
" Janganlah panggil sama dengan tuan, panggillah
Damar saja saya bukan keturunan bangsawan hanya bocah ndeso."
Kuda Tilarso tersenyum," Baiklah kakang Damar
..." Damarwulan ikut tersenyum ," hahaha itu lebih enak didengar kan
Kuda Tilarso?"
Begitulah singkat Damarwulan meneruskan perjalanan menuju
Blambangan, setelah meninggalkan goa tempat tinggal Kuda Tilarso Damarwulan
menjelajahi Gunung Mahameru selama beberapa hari akhirnya sampai dikaki gunung
sebelah timur dari sana kemegahan kedaton Bangbangan yang berwarna merah
menyala terlihat diantara megahnya kota Blambangan. Damarwulan mengagumi
kemegahan kota dan kedaton Bangbangan yang luar biasa walau masih terlihat
cukup jauh, memang kota dan kedaton ini dibangun Temenggung Arya Mandalika
Wikramawardhana seorang panglima perang armada amukti palapa yang bermarkas dibedander
yang kemudian membawa seluruh armadanya menuju timur setelah kecewa pada sikap
Mahaprabu Hayam Wuruk yang mengusir dan memberhentikan secara tidak terhormat
Mahapatih Gajahmada setelah perang Bubat.
Damarwulan meneruskan perjalanan dengan jalan kaki
seperti pertama kali keluar dari pesanggrahan Madakaripura, menuju kota
Blambangan yang tampak tidak terlalu jauh lagi. " Sesuai dawuh bapa resi
aku harus menyelidiki kehidupan kedaton Bangbangan."
Memang Resi Tunggul Manik alias bekas Mahapatih I Hino
Gajahmada mengutus Damarwulan anak angkatnya untuk berkelana ke Blambangan guna
menyelidiki keadaan di kedaton Bangbangan yang santer dicurigai hendak
memberontak dan melepaskan diri dengan pemerintah pusat di Sastrowulan,
sekalipun sudah dipecat oleh putranya sendiri Gajahmada tetap berkewajiban
menjaga keutuhan Mojopait sebagai penerus Nuswantara dan penguasa dunia.
Perjalanan Damarwulan menyusuri desa desa dibarat kota Blambangan selama
beberapa hari, sambil sesekali mencari informasi tentang keadaan kekuatan Minak
Jinggo.
Sementara itu Damarwulan telah memasuki kota Blambangan
mendengar adanya latihan para pemuda yang digembleng menjadi prajurit-prajurit
khusus dialun-alun, segera menuju ke sana ingin menyaksikan latihan tersebut.
Sementara di alun-alun para pemuda sedang berlatih olah keprajuritan disaksikan
rakyat kota Blambangan, nampak Damarwulan ada diantara kerumunan rakyat yang
memadati alun-alun. Damarwulan kagum dengan ketangkasan para pemuda itu,
pelatih mereka adalah para hulubalang prajurit Blambangan yang dengan keras
penuh disiplin melatih dan menggembleng mereka. Biasanya ada tempat khusus
berlatih bagi para prajurit atau calon prajurit didalam gedung bunder yang
tidak beratap, mempunyai tempat duduk bertingkat yang melingkari sebuah alun-alun
kecil, hanya kerabat kedaton yang boleh melihatnya, namun karena tujuannya
rakyat supaya tahu latihan ini maka dipindahkan ke alun-alun.
Sementara itu di puri dalem keprabon bale Bangbangan
Raden Ayu Kencono Wungu sedang menghadap
ayahandanya Wikramawardhana atau disebut Minak Jinggo ditengah hari. Raden
Ayu Kencono Wungu matur pada
Ramanya," Rama kenapa Rama mengundang pemuda-pemuda dari penjuru
Blambangan untuk dilatih menjadi prajurit-prajurit khusus Rama? Bukankah
prajurit Blambangan sudah memadai menjaga keamanan Tlatah kita ini?"
Minak Jinggo tersenyum mendengar pertanyaan
putrinya." Putriku engkau kini sudah besar nduk, ingatkah engkau peristiwa
sepuluh tahun yang lalu ketika kita masih dibedander ?"
" Ketika itu ananda masih kecil Rama jadi kurang
begitu paham."
" Setelah perang Bubat yang dahsyat itu tanpa
bertanya tanpa mencari pertimbangan Mahaprabu Hayam Wuruk memanggil Mahapatih
Gajahmada dan Dewi Lanjar ke puri dalem keprabonnya dikedaton Sastrowulan,
memarahi kedua orang yang justru menyelamatkan negara dan tahtanya sebagai
maharaja."
" Kenapa Dewi Lanjar putri Galunggung juga dipanggil
Rama ?"
" Tentu saja Dewi lanjar dipanggil Mahaprabu Hayam
Wuruk karena dianggap ikut mendorong terjadinya perang Bubat, padahal bukan
begitu kejadian sesungguhnya, yang membuat kami kecewa adalah sikap dan
keputusan mengusir dan memecat gusti Mahapatih Gajahmada secara tidak hormat!
Padahal beliaulah tokoh yang paling berjasa bagi Mojopait dan Nuswantara!"
Adipati Minak Jinggo mengeraskan suaranya menegaskan kemarahan yang meluap
luap. Kencono Wungu melihat kemarahan yang terlihat dari ucapannya jadi ragu
ragu untuk menanyakan lebih lanjut, lalu setelah agak reda kemarahannya Adipati
Minak Jinggo berkata," Kencono Wungu putriku ada apakah ananda menanyakan
semua itu?"
" Ananda khawatir akan terjadi peperangan dengan
Mojopait Rama, sebuah pertumpahan darah diantara kita sendiri." Adipati
Minak Jinggo mengeryitkan dahi mendengar kata kata putrinya itu .
" Ketahuilah Kencono Wungu, Ramamu ini tidak pernah
berniat memberontak pada Mahaprabu Hayam Wuruk di Sastrowulan, Ramamu dan
seluruh pasukan kecewa pada keputusan beliau tentang pemecatan gusti
Gajahmada!"
" Lantas kenapa Rama memperkuat Blambangan dengan
melatih pemuda-pemuda menjadi prajurit-prajurit khusus Rama? Apa itu tidak
memancing kemarahan mahaprabu di Sastrowulan?"
" Anakku Kencono Wungu cepat atau lambat Mojopait
akan mengerahkan prajurit-prajuritnya untuk menangkap Ramamu ini, di Tlatah
Blambangan ini rakyat telah menganggapku sebagai raja mereka, setiap serangan
ke Blambangan adalah juga serangan terhadap rakyat maka Ramamu ini berkewajiban
membela rakyat dari serangan musuh." Adipati Minak Jinggo menegaskan
tujuannya memperkuat pertahanan Blambangan, Raden Ayu Kencono Wungu kehabisan akal untuk melunakan
hati Ramandanya.
Dengan putus asa Raden Ayu Kencono Wungu memohon izin untuk kembali ke
kaputren ," Baiklah Rama, ananda mohon undur diri dari puri dalem keprabon
hendak kembali ke kaputren."
" Kembalilah ke
kaputren putriku beristirahatlah .."
Setelah menghaturkan sembah bakti Raden Kencono Wungu
diantar dayang-dayang kembali ke kaputren, sementara Adipati Minak Jinggo masih
duduk didampar kencono dengan segala keresahan dalam pikirannya.
Sementara itu Damarwulan telah memasuki kota Blambangan
mendengar adanya latihan para pemuda yang digembleng menjadi prajurit-prajurit
khusus di alun-alun, segera menuju ke sana ingin menyaksikan latihan tersebut.
Sementara di alun-alun para pemuda sedang berlatih olah keprajuritan disaksikan
rakyat kota Blambangan, nampak damarwulan ada diantara kerumunan rakyat yang
memadati alun-alun. Damarwulan kagum dengan ketangkasan para pemuda itu ,pelatih
mereka adalah para hulubalang prajurit blambangan yang dengan keras penuh
disiplin melatih dan menggembleng mereka.
Biasanya ada tempat khusus berlatih bagi para prajurit
atau calon prajurit di dalam gedung bunder yang tidak beratap, mempunyai tempat
duduk bertingkat dan melingkari sebuah alun-alun kecil, hanya kerabat kedaton
yang boleh melihatnya, namun karena tujuannya rakyat supaya tahu latihan ini
maka dipindahkan ke alun-alun.
Di tengah serunya latihan perang tersebut dari arah
kedaton munculnya rombongan kereta kencana menuju alun-alun, rupanya sang
adipati Minakjinggo dan putrinya Raden Ayu Kencono Wungu hadir untuk melihat
langsung latihan prajurit itu. Melihat junjungannya turut menyaksikannya para
pemuda semakin bersemangat berlatih terutama karena kehadiran Raden Ayu Kencono
Wungu yang cantik jelita tak terkecuali Damarwulan yang juga menyaksikan latihan
perang dari tepi alun alun.
" Duh gusti ayu Kencono Wungu aduh ayune..."
gumam Damarwulan dalam hati, tak lama kemudian Adipati Minak Jinggo turun dari
kereta bersama putri Kencono Wungu menuju tempat duduk yang telah dipersiapkan,
lalu sang adipati berkata pada Temenggung Suro Cakra," Temenggung
bagaimana potensi pemuda pemuda ini jadi prajurit khusus?"
"Mohon ampun gusti, pemuda-pemuda ini sebenarnya
cukup berbakat, namun untuk menjadi prajurit khusus perlu gemblengan yang
membutuhkan waktu lama gusti." Jawab Temenggung Suro Cokro.
" Baiklah temenggung yang penting kamu latih mereka
sehingga mampu menghadapi prajurit-prajurit Mojopait yang dipimpin Temenggung
Arya Mandalika Empu Nala. "
" Sendiko dawuh gusti."
Selanjutnya Temenggung Suro Cokro kembali ke tengah
alun-alun memimpin latihan prajurit, sementara itu Damarwulan berusaha
mendekati bangsal yang ditempati Adipati Minak Jinggo dan putri Kencono Wungu.
Karena ketatnya penjagaan terhadap bangsal tersebut Damarwulan kesulitan
mendekat, dan melihat putri Raden Ayu
Kencono Wungu dari kejauhan sambil mencari cara untuk mendekat. Tak lama
kemudian angin bertiup kencang berputar putar dialun alun semakin lama semakin
kencang.
Membuat umbul-umbul beterbangan, semakin lama angin lesus
ini semakin kencang bertiup, banyak orang yang mulai terdorong bahkan
terjungkal tiupannya. Tak terkecuali para prajurit, para pemuda dan bangsal
tempat Adipati Minak Jinggo kocar-kacir
terkena tiupan angin lesus ini, sementara itu Raden Ayu Kencono Wungu memeluk ayahandanya Adipati
Minak Jinggo yang tampak kokoh tak bergeming sedikitpun oleh terpaan angin
lesus," Rama-Rama ada apa ini Rama kenapa ada angin lesus yang tiba tiba
datang disini Rama?"
Adipati Minak Jinggo
tersenyum mendengar ketakutan putrinya ," Tenanglah anakku
tenanglah ."
Rupanya sang Adipati Minak Jinggo yang nama aslinya adalah
Wikramawardhana mantan Panglima Armada Amukti Palapa yang termasyur
kehebatannya itu menyadari kalau angin lesus tadi adalah sebuah Ajian Bayu Bajra yang digelar oleh
seseorang yang sakti, sehingga beliau tidak terlalu panik hanya heran siapa
yang bisa menguasai ajian tersebut dan kenapa dia sengaja menggunakan ajian itu
pada alun alun tempat latihan para bawahannya," Hmm siapa yang menguasai
ajian bayu bajra ini? Pasti ada telik sandi Mojopait disini tapi siapa dia?
Hanya gusti Gajahmada yang bisa menurunkan ajian .." Adipati Minak
Jinggo berkata dalam hati. Tak lama
kemudian angin lesus surut berangsur-angsur, para prajurit dan warga bersama
sama membenahi kerusakan kerusakan akibat angin lesus tadi, kemudian Temenggung
Suro Cokro menghadap pada junjungannya," Mohon ampun gusti, karena angin
lesus ini suasana latihan kacau balau gusti, namun hamba curiga ini ajian
seseorang yang hendak mengacau ...mungkinkah dari...."
" Sudahlah temenggung, jangan diteruskan
kata-katamu, sebaiknya istirahatkan dulu latihan ini, lanjutkan lain hari."
" Sendiko dawuh gusti."
Sementara itu Damarwulan dengan tergesa-gesa meninggalkan
alun-alun tempat latihan prajurit Blambangan dan berhenti didekat gapura
kota," Rupanya Bapa Resi Tunggul Manik
kurang berkenan tadi aku mengerahkan ajian bayu bajra dengan cara
menghentikan ajianku dari jarak jauh." gumam Damarwulan dalam hati,"
Hmm baiklah bapa, maafkan kehilafanku karena sembarangan menggunakan ajian bayu
bajra, mungkin aku harus meninggalkan Blambangan ini..."
Akhirnya Damarwulan dengan berat hati meninggalkan Tlatah
Blambangan menuju ke barat menuju pasanggrahan Madakaripura mengabaikan gejolak
hatinya yang ingin selalu dekat dengan putri Minak Jinggo Raden Ayu Kencono Wungu.
indeks
- Bedander sekarang lebih dikenal dengan dander di wilayah kabupaten bojonegoro
- Gunung Kampud sekarang bernama Gunung Kelud
- Madepa berasal dari bahasa madura artinya halaman depan dumah / teras depan rumah
- Sastrowulan sekarang lebih di kenal dengan trowulan kabupaten Mojokerto
- Lamajang atau lumajang sebuah kadipaten besar yang terletak di sebelah timur gunung salaka dan gunung bromo dan sebelah barat gunung mahameru.lamajang didirikan Arya Wiraraja atau yang dikenal dengan Adipati Cakraningrat,kadipaten lamajang masih satu masa dengan berdirinya Mojopait di Sastrowulan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar