Jumat, 20 Mei 2016

MENGAIS JEJAK PERADABAN 

BUMI KAHURIPAN


 

  

   





Indonesia di masa lampau dikenal sebagai bangsa
yang besar dan disegani semua bangsa di dunia. Semua itu
karena Nusantara pada saat itu telah maju diberbagai
bidang kehidupan.

Dalam berbagai bidang, Nusantara telah memiliki
keunggulan seperti di bidang pertanian, pelayaran,
maupun arsitektur yang memiliki seni tinggi, seperti yang
terlihat dari peninggalan-peninggalan berbagai periode
kerajaan, seperti Candi Borobudur, Candi Prambanan, atau
Candi-candi yang elok di Jawa Timur. Namun dari semua
peninggalan yang telah diketemukan itu terasa terlalu
sedikit bila kita mau berpikir rasional tentang peradaban
kita dahulu. Kalau candinya saja semegah itu, mengapa
tidak ada yang mencari tentang teknologi yang digunakan
pada peninggalan lainnya seperti teknologi tata kota,
teknologi sistem irigrasinya? Kenapa hanya situs-situs
yang sudah ditemukan saja yang dibahas? Bukankah
masuk akal bila masih banyak peninggalan lain yang
belum ditemukan yang berada di sekitar kita?

Karena bisa saja situs-situs yang belum diketemukan
itu akan benar-benar hilang karena ketidaktahuan kita?
Karena ketidakpedulian kita? Mungkin saja situs-situs
tersebut masih terkubur di bawah permukaan tanah, karena
berbagai macam sebab. Bisa saja situs tersebut sekarang
jadi lahan persawahan atau perkebunan, namun yang
sangat disayangkan kalau situs-situs tersebut jadi lahan

Perusahaan atau perumahan, bukankah sangat sulit untuk
mengungkapnya?

Bukankah yang rugi kita semua jika situs-situs
peninggalan leluhur kita lenyap? Bukan tidak mungkin
dalam situs-situs tersebut tersimpan teknologi yang masih
bisa dimanfaatkan dikehidupan bangsa kita sekarang?

Untuk itulah diperlukan kesadaran dari kita semua
untuk menelusuri dan mencari jejak-jejak peradaban masa
lalu untuk diselamatkan, dipelajari, dan dimanfaatkan
untuk kehidupan masyarakat sekarang ini.

-AS-

I.1. JEJAK PERADABAN DI DUKUH
Sumur adalah salah satu bukti adanya sebuah peradaban, karena kehidupan manusia tidak akan jauh dari adanya ketersediaan air, lebih jelas lagi sumur memang sangat vital bagi kehidupan zaman dulu. Jadi sumur merupakan sebuah pertanda adanya sebuah pemukiman suatu masyarakat.

Adanya sumur-sumur kuno yang ada di sebuah dusun tentu sangat menarik untuk ditelusuri. Dalam penelusuran kami di sebuah dusun, kami mendapati adanya informasi dari warga tentang keberadaan Sumur kuno. Kami berusaha menggali informasi tentang sumur kuno itu dan
menanyakan kepada salah seorang warga yang bernama
Bapak Masduki.

Pada mulanya Bapak Masduki sedikit curiga pada kedatangan kami yang bermaksud melihat sumur itu, namun setelah kami sampaikan tujuan kami kepada beliau, akhirnya Bapak Masduki bersedia mengantarkan kami menuju lokasi sumur kuno itu. Sumur kuno itu terletak di
kebun yang bersebelahan dengan tanaman Bambu atau dalam bahasa Jawanya disebut Barongan.



Sumur kuno tersebut tertutup oleh semak-semak yang menjadikannya sulit untuk terlihat. Setelah kami periksa sumur tersebut, kami dapati gambaran tentang kondisi sumur kuno itu. Pada bagian atas sampai dua meter ke dalam terlihat seperti disusun ulang oleh warga, hal ini terlihat dari struktur bata-batanya yang tidak teratur dan bukan dari bata melengkung seperti bata melengkung khas sumur-sumur kuno bundar zaman Mojopahit yang banyak ditemukan di daerah Trowulan.

Pada bagian dalam sumur, di kedalaman dua meter ke bawah terlihat susunannya masih asli dengan bata-bata melengkungnya. Susunan bata masih rapi dan masih terdapat air di dalam sumur ini walaupun sedikit. Sumur ini terletak pada koordinat -7 24’58,52”S 112 29’5,77”T.

Beranjak dari Sumur yang pertama tadi, kami menuju sumur kuno yang kedua, yaitu sebuah sumur yang berada tepat di belakang rumah seorang warga. Menurut keterangan warga, di dekat sumur itu terdapat sebuah Yoni atau Lumpang, dan diceritakan juga bahwa dulu pernah
terdapat sebuah pohon Tanjung, namun tiga tahun yang lalu pohon itu telah roboh.


Seperti yang tampak pada foto di atas, terlihat tongkat yang dipegang oleh mas Eko Jayanto dulunya disitu terdapat pohon Tanjung. Sementara posisi sumur kuno kedua berada di sebelah kanan yoni tersebut. Kami lalu melihat ke dalam sumur, dan yang terlihat pada bagian
atas nampak telah diperbarui namun bagian dasar sumur terlihat bata-bata melengkung menyusun sumur kuno ini. Sumur ini juga masih terdapat airnya walau sedikit. Di dekat sumur ini kami juga menemukan sebuah bata yang melengkung di dekat kandang sapi milik warga. Selain itu banyak bata-bata kuno yang ada di pekarangan warga, baik bata yang masih utuh maupun yang sudah pecah.


Di dekat tempat tersebut juga ada sebuah makam yang dikeramatkan oleh warga setempat, yaitu makam Mbah Renggo yang terdiri dari bata-bata kuno. Menurut seorang Arkeologi Numismatik Indonesia, Bapak Sofyan Sunaryo yang juga pernah sidak ke dukuh, bata-bata kuno tersebut
berasal dari abad ke-sepuluh Masehi. Terlihat pada foto, di posisi itulah seorang warga menemukan struktur bata kuno yang bertumpuk tiga ketika menggali tanah untuk menanam tanaman. Warga ini juga menemukan hal yang sama saat menggali beberapa titik lainnya, namun karena takut warga ini pun tidak berani meneruskannya. Untuk titik koordinatnya adalah -7 24’57,59”S 112 29’7,58”T.
 


Setelah cukup puas menelusuri area sekitar sumur kuno yang kedua ini, kami pun segera menuju sumur kuno yang ketiga. Letaknya berada di ujung pemukiman dukuh ini, di sebelah selatan rumah warga yang dipenuhi pohon pisang.


Kami segera menuju sumur kuno yang ketiga itu dan segera melihat kondisinya dari dekat.
Dari atas sumur terlihat banyak sekali tumpukan bata-bata yang telah pecah mengelilingi
sumur itu.

Kemudian kami melihat kondisi pada bagian dalam sumur. Tampak bagian tengah dalam sumur tersusun dari bata-bata yang melengkung namun kami tidak dapat melihat dasarnya karena sumur ini masih ada airnya, namun bagian bawah bata-bata yang melengkung tadi
susunannya terlihat berbeda dari kedua sumur sebelumnya, yaitu batabata kuno besar era
Mojopahit yang berukuran 32,5 cm x 22,5 cm ditata berdiri melingkar.

Kami tidak mengerti apakah susunan tersebut masih asli atau sudah disusun ulang. Dan berikut letak titik koordinatnya -7 24.’56,34”S 112 29’9,40”T. Dari ketiga sumur di atas ternyata kami juga mendapat informasi adanya sumur kuno lain. Sumur keempat ini terletak di belakang rumah bapak Kasun Pulolancing, yang bernama Eko Wiyono. Tidak seperti ketiga sumur sebelumnya, sumur keempat ini tidak terdapat airnya lagi, dan sudah dikelilingi oleh semak-semak yang cukup rimbun.



Demikianlah penelusuran kami tentang keberadaan sumur-sumur kuno di Dukuh. Dukuh termasuk dalam Dusun Pulolancing Desa Kedung Sukodani Kecamatan Balongbendo Kabupaten Sidoarjo. 
Untuk membuktikan dugaan kami tentang adanya peradaban di Dukuh ini, kami melalukan observasi di sebuah tanah milik seorang warga yang bersedia tanahnya kami gali untuk membuktikan adanya sebuah bangunan atau setidaknya berupa struktur bata-bata kuno yang
terpendam.

Pada hari Jumat 20 November 2015, kami menuju lokasi yang hendak kami observasi yaitu berada di belakang rumah bapak Tri Cahyono. Sebuah tanah yang ditanami dengan tanaman Srikaya (jawa: Menunggo).

Setelah meminta izin dan meminjam sebuah alat
berupa linggis pada bapak Tri Cahyono, kami segera
melakukan penggalian tanah yang telah ditunjuk bapak Tri
Cahyono. Tanah yang gembur memudahkan kami untuk
menggalinya.


Kami memulai observasi dengan menggali tanah milik
bapak Tri Cahyono yang juga turut
kami pada hari pertama itu.Di kedalaman 10 cm tanah terlihat gembur dan sedikit berpasir sehingga kami cukup mudah menggerakkan linggis. Memasuki kedalaman sekitar 15 cm mulai terdapat pecahan-pecahan batu bata. Pada kedalaman sekitar 20 cm kami mulai menemukan pecahan
bata yang kelihatan bertumpuk. Lubang observasi kami perluas sehingga semakin banyak bata-bata kuno yang terlihat, namun kondisinya sudah pecah dan strukturnya kurang teratur. Karena cuaca terlalu panas kami segera mengakhiri penggalian pada hari itu.

Hari Sabtu kami meneruskan penggalian dengan mulai membawa peralatan sendiri, seperti cetok, kuas, dan cangkul. Perlahan-lahan kami memperluas area observasi menjadi seluas 1 meter persegi. Pecahan bata kuno yang tidak beraturan atau berserakan semakin banyak kami
temukan.

Hari Minggu 22 November 2015, kami kembali meneruskan penggalian dengan melebarkan dan
memperdalam lubang penggalian. Pada kali ini kami memutuskan untuk mengambil bata-bata kecil yang berserakan pada bagian atas, karena menurut kami itu bukanlah bagian dari bangunan. Namun kami masih bingung, bangunan apa yang sebenarnya?
Kedalaman penggalian mencapai 35 cm, menurut kami bata-bata ini persebarannya luas sekali karena selalu ada setiap kali kami memperluas lubang observasi. Karena waktu kami hanya sedikit, akhirnya kami putuskan untuk mengakhiri proses penggalian pada hari itu.

Hari Selasa 24 November 2015, kami melanjutkan kembali proses penggalian. Kami perluas lubang penggalian sampai kira-kira 130 cm persegi. Kali ini kami mulai menduga dua hal, yang pertama adalah mungkin pada zaman Belanda pernah ada yang menemukan batabata kuno di Dukuh ini, lalu menggunakannya kembali dengan menatanya seperti pelataran bata atau lantai bata. Yang kedua adalah mungkin saja yang kami temukan dalam penggalian ini memang asli pelataran zaman kuno, sehingga kami memutuskan untuk menghentikan observasi ini dan mengharapkan bapak Tri Cahyono melaporkan temuan ini ke pihak Desa setempat dalam hal
ini adalah Desa Kedung Sukodani. Tentunya berharap pihak desa bisa memperhatikan ini dan meneruskannya untuk melaporkan kepada pihak BPCB Jawa Timur yang berpusat di Trowulan – Mojokerto, agar temuan ini segera ditindak lanjuti.

Pada hari Senin 30 November 2015, kami melaporkan temuan dan hasil observasi Dukuh kepada Pemerintah Desa Kedung Sukodani. Kami ditemui Kasun Puloncing yaitu Bapak Eko Wiyono di Balai Desa Kedung Sukodani mengharapkan agar pihak Desa segera melihat kondisi langsung di lapangan dan segera berkoordinasi dengan pemilik tanah untuk meneruskannya kepada pihak BPCB Jawa Timur di Trowulan. Kami memang sangat mengharapkan seluruh warga turut serta dalam melestarikan peninggalan peradaban yang ada di Dukuh ini maupun di Desa Kedung
Sukodani pada umumnya. Dari temuan pecahan tembikar maupun gerabah, kami mendapatkan berbagai jenis, salah satunya adalah pecahan Terakkota bagian atas Sumur Jobong khas Mojopahit yang banyak ditemukan di daerah Trowulan. Juga pecahan keramik Cina (ada yang
menyebutkan dari Dinasti Ming dan Song), dan masih banyak lainnya yang belum dapat kami
identifikasi. Semoga hal ini dapat menggugah perhatian warga setempat untuk bersama-sama
Garda Wilwatikta untuk melestarikan peninggalan peradaban di Dukuh ini maupun Desa Kedung Sukodani pada umumnya. Untuk menindaklanjuti temuan dugaan situs, kami membuat surat laporan yang akan ditujukan ke Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) di Trowulan Surat tersebut telah dibaca dan diterima oleh Bapak Nugroho Lukito, salah seorang staff BPCB Trowulan. Semoga akan ada tindak lanjut dari instansi pemerintah tersebut.

Setelah observasi Dukuh kami anggap cukup, akhirnya kami memutuskan untuk menimbun kembali lokasi penggalian dengan memberi sebuah tanda dengan menumpuk bata-bata kuno diatasnya dan juga menempelkan kegiatan observasi di dekat lokasi penggalian. Atas pendekatan yang kami lakukan maka akhirnya Bapak Eko Wiyono Kasun Pulolancing mempersilahkan kami memakai salah satu ruangan yang ada di Balai Dukuh Pulolancing untuk dipergunakan sebagai
menyimpan temuan-temuan kami dari proses observasi Dukuh atau kami sebut dengan Museum Mini Dukuh .

Hari Sabtu tanggal 23 Januari 2016, Museum Mini Dukuh yang memamerkan hasil Observasi
Dukuh untuk pertama kalinya dikunjungi tiga orang Pecinta Sejarah dan Budaya Nusantara dari Surabaya dan Sidoarjo. Dengan adanya kunjungan semacam ini, kami mengharapkan ada tindak lanjut dari pihak-pihak yang terkait dalam pelestarian situs-situs seperti di Dukuh maupun di tempat lain. Kami juga menginginkan masyarakat Desa Kedung Sukodani bisa melihat temuan-temuan yang ada di desanya sendiri sehingga akan muncul sebuah kesadaran untuk ikut melestarikan peninggalan yang ada di desanya.

Selain itu kami juga membuat sebuah website / blog (www.gardawilwatikta.blogspot.co.id) yang dibuat oleh rekan kami Abdul Aziz mahasiswa dari Universitas Islam Majapahit. Blog tersebut akan digunakan untuk mencatat tentang semua temuan-temuan dan kegiatan-kegiatan dari
Garda Wilwatikta Tado Singkalan. Dan kami juga telah menyampaikan temuan di Dukuh ini pada sesi tanya jawab di Forum Seminar ITS Surabaya pada 8 Januari 2016 silam, agar pihak akademisi terutama ITS juga turut merisetnya. 



Rabu, 26 Maret 2014

SESAJEN, AMONG-AMONG ATAU SEDEKAH BUMI




Sebentar lagi bangsa kita akan disuguhi pertunjukan pesta DEMOKRASI. Dimana cara berdemokrasi ini sendiri, bangsa ini meniru tata cara berdemokrasi ala barat. Tapi kita lupa bahwa cara demokrasi yang kita tiru selama ini adalah demokrasi yang hanya dipakai antar manusia dengan manusia lainnya. Pendek kata demokrasi yang kita kenal saat ini adalah demokrasi antar manusia. Apa hubungan judul diatas dengan masalah perpolitikan dinegara ini? Selama ini kita benar-benar salah kaprah tentang sesajen,among-among ataupun sedekah bumi. Hal yang saya sebutkan diatas tadi sekarang sudah di klenikkan atau cara yang dikunokan menurut peradaban saat ini. Padahal sesungguhnya dari tata cara hingga pelaksanaan dari budaya yang kita punya dan sudah mendarah daging bagi bangsa ini terkandung makna berdemokrasi yang sebenar-benarnya demokrasi. Dan ini sangat menarik kita pahami, bagaimana leluhur kita berdemokrasi sehingga bisa mencapai kejayaan bukan hanya NUSWANTARA saja. Tapi kita pernah besar dan menguasai 2/3 dunia. Dan demokrasi yang dipakai leluhur pun adalah demokrasi yang sangat santun dan tidak pernah menghilangkan hak Tuhan. Kalau demokrasi yang kita kenal justru menghilangkan hak Tuhan dan ribut tentang hak asasi manusia saja. Kemudian yang tumbuh justru suka atau tidak suka dengan manusia yang lain. Siapa yang dapat teman banyak atau voting terbesar maka akan dipercaya untuk jadi panutan atau pemimpin. Masalah nantinya sang panutan ini atau pemimpin yang terpilih ternyata hanya kedok untuk menjadi penguasa , itu urusan belakang yang jelas-jelas sangat tidak menguntungkan bagi orang lain juga yang sudah mempercayainya. Kita kembali padaya budaya leluhur yang sudah ditanamkan kepada peradaban beliau sendiri dan peradaban yang akan datang.
Dari judul di atas sebenarnya adalah cara demokrasi bukan hanya antar manusia. Tapi demokrasi untuk menghargai seluruh alam semesta yang mana sangat menghargai ciptaan Tuhan. Di budaya sesaji atau among-among ini begitu menjunjung tinggi nilai Ketuhanan. Nenek moyang kita tidak pernah meninggalkan keberadaan Tuhan yang maha agung. Angin, jin,langit, bumi,air,udara,tumbuhan dan semua yang ada dijagad alam ini sangat dihargai dan dihormati. Sehingga membentuk sistem sosial bermasyarakatpun sangat luar biasa. Makhluk selain manusia saja sangat dihargai, apalagi sesama manusia? Di segala bidangpun hal ini dilakukan. Mulai bercocok tanam sampai panenpun dilakukan budaya menghargai semua mahkluk Tuhan. Di industripun yang katanya modern, leluhur sudah melakukan. Kita lihat pada saat giling tebu. Untuk bersih desapun hal ini juga dilakukan untuk sama-sama menjaga desa dan alam semuanya. Untuk memilih pemimpinpun nenek moyang kita tidak hanya sekedar voting antar manusia saja. Semua alam diajak berpendapat dengan cara-cara seperti ini sehingga Tuhan pun akan ikut menentukan siapa yang akan memimpin. Pilihan Tuhan ini kita kenal dengan nama “ WAHYU KEPRABON”. Jadi pemimpin yang dikehendaki oleh peradaban leluhur kita adalah murni Tuhan yang memilih. Kalau di desa kita mengenal istilah “PULUNG”. Jadi sangat indah demokrasi leluhur kita sebenarnya yang justru sekarang dianggap klenik ataupun kuno.
Di lingkungan petanipun dahulu sangat menghargai pohon yang ditanam, angin, jin, dan alam seisinya. Sehingga wajar leluhur mendapatkan hasil yang melimpah tanpa harus bingung kalau tidak ada pupuk. Kita ingat dulu kalau mau tanam padi misalnya, leluhur bangsa ini akan melakukan ritual sesaji yang dimaksudkan menghargai alam dan kemudian akan merawat sampai tumbuh padi. Ditengah merawat padi ini kita dulu disungguhkan contoh yang luar bisa oleh nenek moyang kita. Dimana pada malam hari petani dimasa lalu akan dengan senag hati keluar malam untuk mengatur air. Dan yang paling utama adalah petani dulu menunjukkan rasa sayang dengan mengelilingi sawah sambil tangan disentuhkan pada daun padi. Inilah bentuk sayang yang sangat luar biasa diperlihatkan oleh leluhur kita. Kemudian pada malam-malam tertentu petani dulu keliling sawah dengan mambawa aroma harum-haruman yang kita kenal dengan nama menyan. Yang sekarang justru sangat dijauhkan dari masyarakat modern saat ini. Disisi lain menyan ini dijauhkan dari orang-orang desa, tapi dikota begitu dipuja dengan nama aromatherapy. Setelah ditelusuri ternyata aroma dari menyan ini sangat berguna sekali untuk merangsang peredaran darah di tubuh manusia. Sedangkan di tumbuhan akan merangsang pertumbuhan akar, batang, daun dan buah. Sehingga tidak heran kalau dulu leluhur kita menjadi lumbung padi dunia dengan hasil yang sangat menguntungkan bagi petani itu sendiri. Ini adalah bentuk demokrasi yang diajarkan oleh leluhur pada penerus bangsa ini yang justru sekarang dianggap klenik atau ketinggalan jaman. Sekarang hal itu kita tinggalkan dengan mengklenikkan dan mengambil budaya barat yang seolah-olah adalah kebenaran.
Pada dasarnya demokrasi yang sudah ditumbuhkan oleh leluhur kita adalah demokrasi yang sebenar-benarnya tanpa meninggalkan Tuhan sekalipun. Mudah-mudahan di pemilu akan datang kalau memang kita masih diberi kesempatan untuk melaksanakan tidak meninggalkan demokrasi yang bisa menghargai seluruh mahkluk Tuhan dan tidak menaruh Tuhan ditempat yang kita tidak tahu. Tidak terdengar lagi istilah hanya uang yang bisa menjadikan manusia sebagai pemimpin di negeri ini. Tapi Tuhan untuk sementara disisihkan ditempat yang kira-kira Tuhan tidak diberi tempat di sosial masyarakat kita saat ini. Sepertinya kita percaya keberadaan Tuhan, tapi sesungguhnya Tuhan dibohongi. Mudah-mudahan Tuhan memberi kesempatan bangsa ini untuk melakukan pemilihan umum di tahun ini. Bila tidak, maka akan ada tiga pilihan. Yang pertama:apakah reformasi lagi yang tentunya sangat berat untuk mengulang kembali reformasi yang gagal ini. Yang kedua adalah revolusi yang kerugian sebenarnya sangat besar dengan biaya yang sangat besar. Sebenarnya bukan masalah kerugian materi yang dihitung pada saat revolusi. Tapi apakah nantinya kedepan tidak akan muncul dendam-dendam baru. Sampai saat ini saja antara rakyat dan aparat keamanan saling curiga, dengan pejabat juga saling curiga. Setelah revolusi apakah tidak akan menyisakan dendam baru dari orang-orang yang terguling? Karena dari kedua produk tadi adalah buatan manusia yang tentu saja yang seolah-olah benar, tapi sebenarnya sangat tidak ada keuntungannya bagi rakyat kita nantinya. Dan pilihan yang terakhir adalah murni produk dari Tuhan yaitu EVAKUASI. Dimana Tuhan akan memberikan musibah bagi bangsa ini. Seakan-akan kita ngeri mendengar kata-kata musibah dari TUHAN. Tapi kita harus tahu bahwa ini adalah campur tangan Tuhan. Dari pilihan satu dan dua sebenarnya juga akan ada korban dan mungkin korban yang berkepanjangan. Tapi di pilihan yang ketiga tetap ada korban besar. Tapi belum tentu kita akan jadi korban, Mudah-mudahan. Selanjutnya lebih indah karena sangat kecil kemungkinan akan muncul dendam yang berkelanjutan. Karena disaat evakuasi sesama manusia baik rakyat, pejabat ataupun aparat keamanan akan saling bahu membahu mengevakuasi korban. Bisa itu korban dari musuh kita yang terdahulu sampai selamat. Sehingga disaat selesai musibah itu justru yang muncul bukan lagi perasaan dendam. Tapi perasaan saling berhutang nyawa ke sesama. Dan akan menjadi cerita baru yang indah bagi bangsa ini.
Dari tulisan ini saya harap janganlah salah paham untuk mengartikan. Tapi mungkin di masyarakat sekarang bisa membuat tatanan bernegara dengan tidak meninggalkan Tuhan. Semoga bangsa ini kedepan akan menemukan kejayaan kembali seperti yang sudah pernah dijalankan atau dirasakan oleh leluhur terdahulu dengan tidak meninggalkan Tuhan dan segala mahkluk ciptaannya. Mudah-mudahan mercusuar itu akan kembali menerangi dunia untuk menginformasikan matahari itu sudah muncul kembali dari arah timur. Tidak dari arah barat yang selama peradaban kita merasakan terbalik. Setelah peradaban kerajaan terdahulu, kita dihadapkan pada munculnya matahari dari arah barat. Seolah-olah segala sesuatu dari barat adalah kebenaran. Padahal semua itu hanya kamuflase yang memang harus kita jalani. Dan kita akan munculkan mercusuar itu kembali untuk menuntun arah jalan bangsa ini dan seluruh dunia. Sehingga kita berjalan yang benar dan bumi beredar pada jalan yang benar untuk mengitari matahari sesuai kodratnya. Yaitu TERBIT DARI ARAH TIMUR DAN TERBENAM DI BARAT. Dan demokrasi itu sebenarnya sudah ada di bangsa ini ribuan tahun yang lalu dan kalau kita tumbuhkan kembali maka akan menjadikan demokrasi yang sesungguhnya.
 LasWet - Mbah Jimat




versi PDF: https://www.mediafire.com/?o9dudm5xkux51yp



                  SESAJEN, AMONG-AMONG ATAU SEDEKAH BUMI

Sebentar lagi bangsa kita akan disuguhi pertunjukan pesta DEMOKRASI. Dimana cara berdemokrasi ini sendiri, bangsa ini meniru tata cara berdemokrasi ala barat. Tapi kita lupa bahwa cara demokrasi yang kita tiru selama ini adalah demokrasi yang hanya dipakai antar manusia dengan manusia lainnya. Pendek kata demokrasi yang kita kenal saat ini adalah demokrasi antar manusia. Apa hubungan judul diatas dengan masalah perpolitikan dinegara ini? Selama ini kita benar-benar salah kaprah tentang sesajen,among-among ataupun sedekah bumi. Hal yang saya sebutkan diatas tadi sekarang sudah di klenikkan atau cara yang dikunokan menurut peradaban saat ini. Padahal sesungguhnya dari tata cara hingga pelaksanaan dari budaya yang kita punya dan sudah mendarah daging bagi bangsa ini terkandung makna berdemokrasi yang sebenar-benarnya demokrasi. Dan ini sangat menarik kita pahami, bagaimana leluhur kita berdemokrasi sehingga bisa mencapai kejayaan bukan hanya NUSWANTARA saja. Tapi kita pernah besar dan menguasai 2/3 dunia. Dan demokrasi yang dipakai leluhur pun adalah demokrasi yang sangat santun dan tidak pernah menghilangkan hak Tuhan. Kalau demokrasi yang kita kenal justru menghilangkan hak Tuhan dan ribut tentang hak asasi manusia saja. Kemudian yang tumbuh justru suka atau tidak suka dengan manusia yang lain. Siapa yang dapat teman banyak atau voting terbesar maka akan dipercaya untuk jadi panutan atau pemimpin. Masalah nantinya sang panutan ini atau pemimpin yang terpilih ternyata hanya kedok untuk menjadi penguasa , itu urusan belakang yang jelas-jelas sangat tidak menguntungkan bagi orang lain juga yang sudah mempercayainya. Kita kembali padaya budaya leluhur yang sudah ditanamkan kepada peradaban beliau sendiri dan peradaban yang akan datang. 

Dari judul di atas sebenarnya adalah cara demokrasi bukan hanya antar manusia. Tapi demokrasi untuk menghargai seluruh alam semesta yang mana sangat menghargai ciptaan Tuhan. Di budaya sesaji atau among-among ini begitu menjunjung tinggi nilai Ketuhanan. Nenek moyang kita tidak pernah meninggalkan keberadaan Tuhan yang maha agung. Angin, jin,langit, bumi,air,udara,tumbuhan dan semua yang ada dijagad alam ini sangat dihargai dan dihormati. Sehingga membentuk sistem sosial bermasyarakatpun sangat luar biasa. Makhluk  selain manusia saja sangat dihargai, apalagi sesama manusia?  Di segala bidangpun hal ini dilakukan. Mulai bercocok tanam sampai panenpun dilakukan budaya menghargai semua mahkluk Tuhan. Di industripun yang katanya modern, leluhur sudah melakukan. Kita lihat pada saat giling tebu. Untuk bersih desapun hal ini juga dilakukan untuk sama-sama menjaga desa dan alam semuanya. Untuk memilih pemimpinpun nenek moyang kita tidak hanya sekedar voting antar manusia saja. Semua alam diajak berpendapat dengan cara-cara seperti ini sehingga Tuhan pun akan ikut menentukan siapa yang akan memimpin. Pilihan Tuhan ini kita kenal dengan nama “ WAHYU KEPRABON”. Jadi pemimpin yang dikehendaki oleh peradaban leluhur kita adalah murni Tuhan yang memilih. Kalau di desa kita mengenal istilah “PULUNG”. Jadi sangat indah demokrasi leluhur kita sebenarnya yang justru sekarang dianggap klenik ataupun kuno. 

Di lingkungan petanipun dahulu sangat menghargai pohon yang ditanam, angin, jin, dan alam seisinya. Sehingga wajar leluhur mendapatkan hasil yang melimpah tanpa harus bingung kalau tidak ada pupuk. Kita ingat dulu kalau mau tanam padi misalnya, leluhur bangsa ini akan melakukan ritual sesaji yang dimaksudkan menghargai alam dan kemudian akan merawat sampai tumbuh padi. Ditengah merawat padi ini kita dulu disungguhkan contoh yang luar bisa oleh nenek moyang kita. Dimana pada malam hari petani dimasa lalu akan dengan senag hati keluar malam untuk mengatur air. Dan yang paling utama adalah petani dulu menunjukkan rasa sayang dengan mengelilingi sawah sambil tangan disentuhkan pada daun padi. Inilah bentuk sayang yang sangat luar biasa diperlihatkan oleh leluhur kita. Kemudian pada malam-malam tertentu petani dulu keliling sawah dengan mambawa aroma harum-haruman yang kita kenal dengan nama menyan. Yang sekarang justru sangat dijauhkan dari masyarakat modern saat ini. Disisi lain menyan ini dijauhkan dari orang-orang desa, tapi dikota begitu dipuja dengan nama aromatherapy. Setelah ditelusuri  ternyata  aroma dari menyan ini sangat berguna sekali untuk merangsang peredaran darah di tubuh manusia. Sedangkan di tumbuhan akan merangsang pertumbuhan akar, batang, daun dan buah. Sehingga tidak heran kalau dulu leluhur kita menjadi lumbung padi dunia dengan hasil yang sangat menguntungkan bagi petani itu sendiri. Ini adalah bentuk demokrasi yang diajarkan oleh leluhur pada penerus bangsa ini yang justru sekarang dianggap klenik atau ketinggalan jaman. Sekarang hal itu kita tinggalkan dengan mengklenikkan dan mengambil budaya barat yang seolah-olah adalah kebenaran. 

Pada dasarnya demokrasi yang sudah ditumbuhkan oleh leluhur kita adalah demokrasi yang sebenar-benarnya tanpa meninggalkan Tuhan sekalipun. Mudah-mudahan di pemilu akan datang kalau memang kita masih diberi kesempatan untuk melaksanakan tidak meninggalkan demokrasi yang bisa menghargai seluruh mahkluk Tuhan dan tidak menaruh Tuhan ditempat yang kita tidak tahu. Tidak terdengar lagi istilah hanya uang yang bisa menjadikan manusia sebagai pemimpin di negeri ini. Tapi Tuhan untuk sementara disisihkan ditempat yang kira-kira Tuhan tidak diberi tempat di sosial masyarakat kita saat ini. Sepertinya kita percaya keberadaan Tuhan, tapi sesungguhnya Tuhan dibohongi. Mudah-mudahan Tuhan memberi kesempatan bangsa ini untuk melakukan pemilihan umum di tahun ini. Bila tidak, maka akan ada tiga pilihan. Yang pertama:apakah reformasi lagi yang tentunya sangat berat untuk mengulang kembali reformasi yang gagal ini. Yang kedua adalah revolusi yang kerugian sebenarnya sangat besar dengan biaya yang sangat besar. Sebenarnya bukan masalah kerugian materi yang dihitung pada saat revolusi. Tapi apakah nantinya kedepan tidak akan muncul dendam-dendam baru. Sampai saat ini saja antara rakyat dan aparat keamanan saling curiga, dengan pejabat juga saling curiga. Setelah revolusi apakah tidak akan menyisakan dendam baru dari orang-orang yang terguling? Karena dari kedua produk tadi adalah buatan manusia yang tentu saja yang seolah-olah benar, tapi sebenarnya sangat tidak ada keuntungannya bagi rakyat kita nantinya. Dan pilihan yang terakhir adalah murni produk dari Tuhan yaitu EVAKUASI. Dimana Tuhan akan memberikan musibah bagi bangsa ini. Seakan-akan kita ngeri mendengar kata-kata musibah dari TUHAN. Tapi kita harus tahu bahwa ini adalah campur tangan Tuhan. Dari pilihan satu dan dua sebenarnya juga akan ada korban dan mungkin korban yang berkepanjangan. Tapi di pilihan yang ketiga tetap ada korban besar. Tapi belum tentu kita akan jadi korban, Mudah-mudahan. Selanjutnya lebih indah karena sangat kecil kemungkinan akan muncul dendam yang berkelanjutan. Karena disaat evakuasi sesama manusia baik rakyat, pejabat ataupun aparat keamanan akan saling bahu membahu mengevakuasi korban. Bisa itu korban dari musuh kita yang terdahulu sampai selamat. Sehingga disaat selesai musibah itu justru yang muncul bukan lagi perasaan dendam. Tapi perasaan saling berhutang nyawa ke sesama. Dan akan menjadi cerita baru yang indah bagi bangsa ini.

Dari tulisan ini saya harap janganlah salah paham untuk mengartikan. Tapi mungkin di masyarakat sekarang bisa membuat tatanan bernegara dengan tidak meninggalkan Tuhan. Semoga bangsa ini kedepan akan menemukan kejayaan kembali seperti yang sudah pernah dijalankan atau dirasakan oleh leluhur terdahulu dengan tidak meninggalkan Tuhan dan segala mahkluk ciptaannya. Mudah-mudahan mercusuar itu akan kembali menerangi dunia untuk menginformasikan matahari itu sudah muncul kembali dari arah timur. Tidak dari arah barat yang selama peradaban kita merasakan terbalik. Setelah peradaban kerajaan terdahulu, kita dihadapkan pada munculnya matahari dari arah barat. Seolah-olah segala sesuatu dari barat adalah kebenaran. Padahal semua itu hanya kamuflase yang memang harus kita jalani. Dan kita akan munculkan mercusuar itu kembali untuk menuntun arah jalan bangsa ini dan seluruh dunia. Sehingga kita berjalan yang benar dan bumi beredar pada jalan yang benar untuk mengitari matahari sesuai kodratnya. Yaitu TERBIT DARI ARAH TIMUR DAN TERBENAM DI BARAT. Dan demokrasi itu sebenarnya sudah ada di bangsa ini ribuan tahun yang lalu dan kalau kita tumbuhkan kembali maka akan menjadikan demokrasi yang sesungguhnya. 


LasWet -  Mbah Jimat


versi PDF: https://www.mediafire.com/?o9dudm5xkux51yp

Rabu, 25 Juli 2012

DAMARWULAN SERI 2


Damarwulan ke Blambangan

Damarwulan kini telah hampir berusia 20 tahun, sebuah umur yang cukup belia namun sesungguhnya Damarwulan telah menghabiskan masa kecil dan masa remajanya belajar segala macam ilmu di pesanggrahan Madakaripura di bawah bimbingan Resi Tunggul Manik ayah angkatnya. Bagi pemuda seusia Damarwulan dengan berbagai macam ilmu pengetahuan dan ilmu Kedigdayaan Jaya Kawijayan tentunya sulit dicarikan tandingan, bahkan untuk senopati yang sudah berpengalaman seperti Wikramawardhana sekalipun akan sulit menandingi Damarwulan. Dengan alasan supaya ilmu yang didapatkannya di Madakaripura lebih sempurna maka Damarwulan diperintahkan resi yang dulu adalah mantan Mahapatih I Hino diMojopait untuk berkelana menuju Tlatah Blambangan.
Pada hari yang telah ditentukan Damarwulan meminta restu ayah angkatnya di Madepa ," Duh bapa, tibalah saatnya ananda hendak melanglangbuana menyempurnakan segala ilmu yang telah bapa ajarkan pada ananda."
" Ngger bapa selalu merestuimu, ingatlah ngger kepergianmu ke Tlatah Blambangan hanyalah untuk menyempurnakan ilmu dan kemampuanmu, bukan untuk berhadapan dengan Minak Jinggo atau dulu disebut senopati ing ngalaga Wikramawardhana, karena memang  belum saatnya ngger."
" Sendika dawuh bapa, ananda sebisa mungkin menghindari berhadapan dengan paman Minak Jinggo." " Baiklah ngger sebelum saatnya tiba nanti, jangan sampai ada yang tahu  ananda anak angkatku ngger."
" Inggih bapa, sekarang ananda mohon pamit."
Damarwulan memberi sembah pangabekti pada ayah angkatnya dengan tulus, Resi Tunggul Manik meraih pundak Damarwulan dan memeluknya erat-erat, memang setelah sekian lama tinggal bersama di pesanggrahan Madakaripura tentu saja ada perasaan yang mengikat keduanya, Damarwulan dengan berat hati harus meninggalkan orang yang selama ini mengasuhnya seperti ayah kandungnya sendiri ,demikian pula sang resi amat mengasihinya seperti anak kandungnya sendiri. Akhirnya dengan berat hati Damarwulan melangkah keluar dari kompleks pesanggrahan Madakaripura yang lebih pantas disebut sebuah kompleks kedaton menuju arah timur, yaitu kadipaten Lamajang sebelah barat Blambangan.
Sementara itu di kedaton Mojopoit di tengah kota Sastrowulan yang besar dan megah termashyur sejagad, tampaknya kegelisahan menghinggapi hati Mahaprabu Hayam Wuruk
" Paman-paman sekalian terus terang sebagai Maharaja hatiku selalu gelisah dengan sikap paman Wikramawardhana yang membawa seluruh pasukan amukti palapa dari markas besar bedander pergi menuju Blambangan, ini sangat menjatuhkan wibawa wilwatikta sebagai penguasa dunia." Para mantri yang hadir di puri dalem keprabon tidak ada yang berani menjawab, karena memang sesungguhnya semua itu terjadi karena kesalahan Mahaprabu Hayam Wuruk sendiri yang tanpa perhitungan mengusir dan memecat Mahapatih I Hino Gajahmada setelah perang Bubat sepuluh tahun yang silam.
Temenggung Arya Mandalika Empu Nala memberanikan diri berbicara kepada Mahaprabu Hayam Wuruk ," Mohon beribu ribu ampun gusti, menurut hamba, hanyalah Mahapatih Gajahmada yang bisa melunakan hati kakang Wikramawardhana gusti .."
Mahaprabu Hayam Wuruk semakin gundah gulana ,lalu kemudian bersabda ," Paman nala, itu memang benar paman .... Sungguh menyesal dulu kenapa diriku dilanda amarah yang meluap luap sehingga harus mengusir Mahapatih Gajahmada yang tak lain adalah ayah kandungku sendiri, sungguh hatiku telah dibutakan oleh cinta ...." kalimatnya terhenti sejenak ,dengan menghela napas sang Mahaprabu melanjuntukan sabdanya," kini bahkan aku tak punya muka untuk meminta ayahanda Gajahmada kembali ke Mojopait, inilah kesalahanku yang mengakibatkan turunnya kewibawaan negara ...semua salahku paman! "
Temenggung Arya Mandalika Empu Nala dan semua temenggung yang hadir berusaha menghibur hati rajanya yang gundah gulana yang sejak perang Bubat lalu memutuskan untuk wadat, tidak menikah seumur hidupnya karena gagalnya pernikahan beliau dengan putri Dyah Pitaloka yang sangat dicintainya.
Sementara itu di perbatasan kadipaten Lamajang disebelah barat, tampak Damarwulan sedang beristirahat disebuah warung diujung desa. Damarwulan sedang makan didalam warung tersebut yang kebetulan juga banyak orang sedang makan dan terlibat dalam pembicaraan, " Nuwun sewu dari manakah kisanak ini tampaknya bukan dari desa ini?" tanya seorang aki yang duduk disebelah Damarwulan.
" Saya dari keling aki, memangnya ada apa aki ?" tanya Damarwulan sambil menghabiskan sepotong tempe goreng ," ituloh di Blambangan ada ujian untuk para pemuda yang ingin menjadi prajurit khusus, apa aden mau ikut ?"
" Tidak aki ,saya hanyalah seorang pengelana, kenapa Blambangan memerlukan para pemuda untuk dijadikan prajurit khusus aki?" Damarwulan berusaha mencari tahu keadaan di Tlatah Blambangan.
" Aden ini kayak tidak tahu saja apa maunya Minak Jinggo itu .."
" Memang saya tidak tahu aki .."
" Aden sejak sepuluh tahun yang lalu Minak Jinggo yang dulunya seorang panglima angkatan perang Amukti Palapa yang bernama Temenggung Wikramawardhana membawa seluruh pasukannya menyingkir menuju ujung timur Jawa mendirikan kedaton Bangbangan yang berwarna merah sebagai bentuk perlawanannya terhadap keputusan Mahaprabu Hayam Wuruk yang mengusir dan memecat Mahapatih Gajahmada setelah perang Bubat."
" Oh begitu kejadiannya ya ki .."
" Tujuan Blambangan memperbanyak prajurit jelas untuk berjaga-jaga dari serangan dari Mojopait, termasuk meluaskan pengaruhnya sampai di kadipaten Lamajang ini."
Damarwulan terus mencari tahu perkembangan Minak Jinggo di Tlatah Lamajang, setelah dirasa cukup beristirahat, makan minum diwarung tersebut Damarwulan melanjutkan perjalanan menuju kota Lamajang,  Tepat tengah hari Damarwulan memasuki kota Lamajang yang besar, bangunan bangunan kedatonnya amat megah dan tinggi menjulang sehingga masyarakat Lamajang dan diluar Lamajang sering juga dijuluki kadipaten Argopuro yang artinya kadipaten atau kerajaan yang bangunan kedatonnya besar dan tinggi seperti gunung.
Damarwulan amat mengagumi kemegahan kota dan kedaton Lamajang ini, dia tak henti hentinya takjub dan bangga dengan arsitektur dan kemegahan kota ini. Setelah puas mengelilingi kota Damarwulan pergi ke pinggiran kota, disana terjadi keributan antara pedagang Manduro dan pedagang Cina sehingga timbullah perkelahian.
Pedagang Cina itu bertahan dari serangan pedagang Manduro yang menyerang membabi buta dengan senjata tajam, entah apa yang mereka selisihkan, Damarwulan hanya menyaksikan perkelahian ini dia tak mau turut campur. Namun ketika pedagang Cina terdesak oleh serangan lawannya yang membabi buta maka Damarwulan meloncat dan menghentikan perkelahian, “Cukup sudah paman! Tak usah dilanjuntukan perkelahian ini, ada apa kenapa mesti berkelahi? Sebagai sesama pedagang kalian harus kerjasama bukan berkelahi paman.“
Keduanya berhenti dan mundur membereskan barang dagangannya yang sempat berantakan akibat perkelahian mereka. Dia yang memulai ejekan kalau saya curang dalam berdagang. Si pedagang Cina menyudutkkan temannya, " kamu yang curang ! Katanya negeri Manduro itu amat terbelakang !"
Kedua pedagang itu masih sibuk adu argumentasi, Damarwulan berusaha menengahinya, ketika kedua pedagang itu masih ngeyel tak lama kemudian dari arah timur gerbang kota datanglah rombongan pasukan yang sedang mengawal kereta kuda seorang bangsawan. Karena melihat kehadiran rombongan tersebut kedua pedagang kelontong dan Damarwulan memilih menepi melihat siapa yang ada dikereta kuda yang mewah tersebut, ternyata dia adalah seorang putri kedaton yang sangat cantik jelita mempunyai rambut panjang yang terurai. Damarwulan terpesona melihat keanggunan dan kecantikan putri itu sampai sampai matanya melihat tak berkedip," Paman siapakah putri itu ?"
Pedagang Manduro menjawab," Bocah bagus, itulah putri dari Minak Jinggo putri Kencono Wungu ... Kenapa?"
Pedagang Cina menyela," Janganlah bermimpi terlalu tinggi anak muda, putri Kencono Wungu terlalu tinggi untuk dijangkau."
" Ah paman paman ini ada-ada saja, mana mungkin saya yang cuma anak desa ini berharap memilki putri kedaton seperti Raden Ayu  Kencono Wungu paman ..mimpipun tak berani."
" Anak muda kalau cuma mimpi boleh saja ...siapa tahu yang Mahakuasa menentukan lain." tukas pedagang Cina, Damarwulan memang terpesona oleh kecantikan putri Minak Jinggo itu
" Paman bisa saja tapi paman kenapa putri dari Minak Jinggo itu memasuki kota Lamajang ini ?"
" Raden Ayu  Kencono Wungu memang sering berkunjung ke Lamajang terutama menemui putri Lamajang Raden Ayu Anjasmoro di kaputren Lamajang apalagi secara politik adipati Lamajang terpengaruh Minak Jinggo pendiri Bangbangan atau Blambangan."
" Raden Ayu Dewi Anjasmoro juga tak kalah cantik dengan Raden Ayu Kencono Wungu mereka bagaikan sepasang Dewi yang turun dari langit .." Damarwulan terus mendengarkan penuturan kedua pedagang yang sempat tadi berkelahi itu.
" Apa benar begitu paman?"
" Tentu saja cah bagus, kamu saja yang belum melihat kecantikan Raden Ayu Dewi Anjasmoro itu, bahkan kecantikannya tak kalah dengan putri dari Pakuan Sang Dyah Pitaloka yang termasyur ini."
" Apakah para pangeran dari mancanagara tidak tertarik pada kedua putri cantik itu paman .."
" Itu pasti ...tetapi mereka takut berurusan dengan Lamajang dan Blambangan khususnya Minak Jinggo mantan panglima armada amukti palapa yang amat melegenda itu."
Damarwulan semakin penasaran dengan kedua putri cantik seperti yang diceritakan kedua pedagang tadi siang, malam harinya dia menginap dirumah salah satu pedagang yang berasal dari Manduro yang bernama Ki Jaya Taruno. Ki Jaya Taruno  berbincang-bincang dengan Damarwulan dimadepa rumahnya sambil minum wedang jahe hangat," Damarwulan sebenarnya engkau hendak kemana? Kulihat sepertinya engkau bukanlah pemuda desa biasa .."
" Paman taruno bisa saja, saya ini cuma pemuda dari desa paman tak punya kelebihan apapun ..." Jawab Damarwulan menepis kecurigaan Ki Taruno. " Damar begitu toh cah bagus ..."
" Paman Taruno sendiri kok hidup sendiri tak punya isteri dan lagi kok suka bertengkar sampai berkelahi dengan Paman Wong tadi siang?" Ki Jaya Taruno  terkekeh mendengar pertanyaan Damarwulan.
" Damar Damar, aku dan wong tiap hari memang begitu, kami sejak kecil sudah berteman bahkan bapaku dan bapanya si Wong itu bersahabat, sebenarnya bapaku dulu adalah prajurit Manduro sedangkan bapanya paman Wong dulu prajurit Mongolia .." Damarwulan mendengarkan kisah Ki Jaya Taruno.
" Dulu sewaktu peperangan di Ndandangan prajurit Mongol sebagian besar tewas dibunuh setelah diadakan pesta mabuk-mabukan oleh pasukan Raden Wijaya, bapanya paman Wong juga mabuk namun lolos dari pembunuhan karena pura-pura mati, selanjutnya oleh bapaku yang prajurit Manduro tubuh bapannya paman Wong diangkat disembunyi di suatu tempat yang aman sehingga tetap hidup, sejak saat itulah mereka bersahabat."
" Begitu kisahnya ki,, rupanya bapa Ki Taruno baik sekali ya.."
Karena malam telah larut Damarwulanpun beristirahat dikamar yang disediakan Ki Taruno untuknya, semakin mencoba memejamkan mata semakin sulit Damarwulan tidur, dia terbayang bayang kecantikan putri Kencono Wungu yang kebetulan dilihatnya tadi siang, rupanya Damarwulan jatuh hati pada putri dari Blambangan itu.
Karena lelah Damarwulanpun tertidur, dalam tidurnya bermimpi berjumpa putri Kencono Wungu....disebuah tamansari yang indah. Di sana tampak putri Kencono Wungu yang sedang memetik bunga sambil bersenandung. Damarwulan hanya bisa terkagum-kagum dan tak sengaja menginjak dahan kering. Putri Kencono Wungu kaget dibuatnya,“ Siapakah itu?“
Damarwulan memberanikan diri muncul. Putri Kencono Wungu pun bertanya," Siapakah engkau hai andhika? Kenapa andhika berani masuk tamansari keputren Blambangan ?" tanya putri Kencono Wungu karena ada pemuda yang berani masuk tamansari kaputren, dengan gelagapan Damarwulan menjawab,
" Mohon ampun Raden Ayu, hamba tak sengaja masuk kesini karena hamba mengejar seseorang durjana .."
" Tidakkah andhika tahu ini kawasan kaputren, terlarang bagi para pria masuk kesini, apakah andhika ingin dihukum mati?"
" Mohon ampun Raden Ayu, hamba mengaku bersalah ..." Raden Ayu Kencono Wungu tersenyum penuh arti pada Damarwulan, Damarwulan merasa hatinya berdebar-debar,
" terimakasih atas kebaikan Raden Ayu  Kencono Wungu ..." setelah menyembah, Damarwulan mundur namun tiba tiba blaaaak !!! Damarwulan terjadi dari dipan tempat tidurnya, ternyata dia baru bermimpi bertemu putri Kencono Wungu.
Damarwulan bangkit, dia mengusap usap kedua matanya seolah tak ingin mengakhiri mimpinya bertemu putri Kencono Wungu yang telah benar-benar mencuri hatinya," Duh Raden Ayu Kencono Wungu hatiku benar-benar untuk dirimu." gumam Damarwulan dalam hati.
Keesokan harinya Damarwulan membantu Ki Jaya Taruno  mempersiapkan dagangan menuju tempat jualan di dekat pintu gerbang timur kota Lamajang.
Hari itu seperti biasanya Ki Jaya Taruno  dan Aki Wong berdagang kelontong berdampingan, namun mulai hari Damarwulan ikut membantu Ki Jaya Taruno  berdagang, tentu saja Aki Wong syirik dan memulai pembicaraan dipagi itu dengan ocehannya.
" Wah-wah enak betul Taruno ya ada yang bantu jualan."
" Jangan mulai cari gara-garalah Wong, masih pagi dagangan belum ada yang laku."
" Pagi-pagi jangan marah-marah lho lekas tua lho, he he ." Damarwulan hanya tersenyum mendengar kedua pedagang kelontong yang sudah saling rindu ini.
Siangpun mulai merangkak naik, dagangan Ki Jaya Taruno  maupun Aki Wong mulai laris manis terjual, namun tetap saja bertengkar dan terus bertengkar rupanya memang itulah cara mereka menyungkapkan rasa cintanya masing masing memang, aneh. Malampun mulai datang begitulah Damarwulan tak terasa telah hampir tujuh hari lamanya Damarwulan tinggal rumah Ki Jaya Taruno.
Sementara itu di kaputren Lamajang tampak Dewi Kencono Wungu bercengkrama dengan Dewi Anjasmoro di tamansari," Mbak yu Kencono Wungu belum pernah sowan ke Sastrowulan menghadap mahaprabu brawijaya?"
" Sebenarnya ingin dinda tetapi Ramanda Wikramawardhana melarangnya dinda dan berkeras hati hendak melawan mahaprabu di Sastrowulan ."
" Iya mbak yu sama seperti Ramanda Loh Gender, padahal mbak yu satrio Mojopait itu bagus-bagus lho mbak yu."
" Dinda bisa saja, dinda sendiri juga pasti suka sama satrio satrio baguskan?" Dewi kencono dan Dewi Anjasmoro sama-sama tersenyum mendengar candaan masing-masing .
" Mbak yu Kencono Wungu dinda dengar paman Wikramawardhana sedang menyaring para pemuda di Blambangan dididik dan digembleng menjadi prajurit khusus?"
" Benar dinda, Ramanda hendak memperkuat pertahanan kedaton Blambangan dari kemungkinan serangan dari Mojopait, karena menurut wisik yang didapat Ramanda kelak disuatu hari Blambangan akan diserbu seluruh armada Mojopait yang dipimpin seorang satria yang tidak dikenal."
" Waduh satrio lagi mbak yu, jadi penasaran nih." Dewi Anjasmoro menggoda Dewi Kencono Wungu .
" Dinda itu tanya tanya kok malah digodain sih dinda, masalahnya dinda kalau itu benar-benar terjadi, pertumpahan darah lagi seperti perang Bubat dulu dinda ...." mendengar penuturan Dewi Kencono Wungu terdiam beberapa saat .....memang kejadian perang Bubat itu terjadi ketika mereka Dewi Kencono Wungu dan Dewi Anjasmoro masih berumur 8 tahun namun kisah dahsyatnya perang di bedander telah tersiar ke penjuru Nuswantara termasuk kedua putri itu .
Selanjutnya Dewi Anjasmoro kembali meneruskan pembicaraan dengan Dewi Kencono Wungu mengenai situasi di Blambangan dan Lamajang, " Mbak yu Kencono Wungu bisakah kita berdua mencegah kemungkinan peperangan antara Blambangan dengan Mojopait karena letak kadipaten Lamajang ada ditengah pasti terkena dampaknya, terlebih Ramanda Loh Gender cenderung menentang Mojopait?"
" Mungkin kita bisa dinda Anjasmoro, mbak yu akan melunakkan hati Ramanda Wikramawardhana supaya menghentikan kegiatan-kegiatan yang membuat Mahaprabu Hayam Wuruk marah dan curiga pada Blambangan, dinda sendiri juga harus menyakin paman Adipati Loh Gender."
" Betul saya setuju dengan usul mbak yu."
" Baiklah mbak yu."
Memang sudah sepuluh hari Raden Ayu Kencono Wungu menginap di kaputren Lamajang bersama pemiliknya Raden Ayu Anjasmoro, keesokan harinya Raden Ayu Kencono Wungu minta diri pulang kembali ke Blambangan kepada Adipati Loh Gender di puri keprabonnya lalu segera kembali memimpin rombongan prajurit bergerak melewati gerbang kota Lamajang sebelah timur. Banyak masyarakat di sepanjang jalan menyaksikan perjalanan pulang putri Blambangan itu termasuk Damarwulan dan kedua aki pedagang kelontong tersebut.
Ketika rombongan putri Blambangan itu hampir melewati pintu gerbang mendadak ada sebuah pisau laser melesat dari luar tembok beteng mengarah ke putri Kencono Wungu yang duduk diatas kereta kencana yang ditarik empat ekor kuda perkasa , " Swaaaaaasss !!! " Para prajurit pengawal tak waspada dengan serangan mendadak ini namun dengan cekatan dan trengginas sesosok tubuh berkelebat menghadangnya!
Terjadilah benturan dahsyat blaaaaarrr !!! Dalam sekejab pisau laser itu hancur berkeping keping ,kini dihadapan putri Kencono Wungu dan semua yang ada nampak berdiri seorang pemuda gagah perkasa berbusana rakyat kebanyakan, putri Kencono Wungu tersenyum dan bahagia karena selamat dari bahaya yang mengancam diri, lalu pemuda yang tak lain adalah Damarwulan berlutut memberi penghormatan pada putri Blambangan itu.
" Berdirilah andhika, aku Kencono Wungu putri adipati Blambangan menghaturkan terimakasih yang sebesar besarnya atas pertolongan andhika yang menyelamatkan nyawaku dari serangan musuh, siapakah nama andhika ini?" Raden Ayu  Kencono Wungu bertanya .
" Nama hamba Damar, Raden Ayu."
" Baiklah Damar sekali lagi terimakasih atas pertolonganmu padaku ..."
Raden Ayu  Kencono Wungu memandang wajah Damarwulan sambil tersenyum amat manis, seolah ada sesuatu yang merekah didalam hatinya, Damarwulan yang sebelumnya memang sudah menaruh hati kepada putri cantik itu juga salah tingka, sesaat mereka diam sambil sesekali mencuri pandang, para prajurit yang mengawal putri Blambangan mengerti kalau junjungan sedang terkena panah asmara, sehingga mereka tersenyum-senyum dan mendehem-dehem tentu saja Raden Ayu Kencono Wungu semakin memerah wajahnya menahan malu, akhirnya Ki Jaya Taruno  dan Aki Wong mendekati Damarwulan dan menepuk-nepuk pundak pemuda yang juga terkena asmara itu lalu Ki Jaya Taruno  berkata pada Raden Ayu  Kencono Wungu," Mohon beribu ampun gusti ayu, memang anak hamba ini lancang berani menghambat perjalanan tuanku, sekarang silahkan gusti ayu melanjutkan perjalanan."
" Benar paman eh, paman Wirotama mari lanjutkan perjalanan paman eh ..." dengan salah tingkah Raden Ayu memerintahkan kepada Bekel Wirotama untuk menyiapkan para prajurit pengawal yang berjumlah 300 orang itu agar melanjuntukan perjalanan,namun Bekel Wirotama mengatakan sesuatu,
" Ampun gusti ayu, bukankah kanjeng gusti Wikramawardhana hendak mencari prajurit khusus yang tatag, tanggon, trengginas sakti mandraguna seperti anak muda yang telah menyelamatkan gusti ayu?" Raden Ayu  Kencono Wungu tersenyum mendengar kata Bekel Wirotama.
" Benar paman Wirotama, andhika Damar jika andhika mau jadi prajurit khusus di Blambangan datanglah ..." Damarwulan tersenyum dan menggangguk sementara Aki Taruno tersenyum, Aki Wong menyahut," pasti gusti ayu Damar pasti datang gusti .." Raden Ayu  Kencono Wungu tersipu malu demikian pula Damarwulan, lalu rombonganpun meninggalkan pintu gerbang menuju Tlatah Blambangan.
Sepeninggal Raden Ayu  Kencono Wungu, Ki Jaya Taruno  dan Aki Wong berbicara pada Damarwulan, Aki Wong berbicara dulu," Damar kini perjuangkanlah diri dan cintamu ke Blambangan, ikutlah takdirmu." lalu disambung ki Taruno," Bener kata paman wong Damar, pergilah ke Blambangan , kejarlah takdirmu, kami yakin engkau akan menjadi orang besar dikemudian hari, pergilah .."
Damarwulan kemudian merangkul kedua aki tersebut," Baiklah Aki Taruno, paman Wong mohon maaf merepotkan aki dan paman, kini saatnya ke Blambangan, terimakasih atas semuanya .." Damarwulan pun meninggalkan kedua pedagang kelontong itu menuju ke Blambangan sesuai perintah bapanya Resi Tunggul Manik.
Dalam perjalanan itu Damarwulan melewati beberapa tempat yang bergunung-gunung, lembah-lembah dan beberapa kedaton kuno peninggalan zaman sebelum Mahabrata bahkan Ramayana, namun yang benar-benar menakjubkan adalah Gunung Mahameru atau disebut Gunung Mandalgiri. Gunung yang sangat tinggi menjulang ke angkasa, konon menurut kisah Gunung Mahameru sebelumnya ada di sebelah barat Blambangan dan sebelah timur Lamajang. dulu terletak di Kelansapura di pulau Swarnadwipa, dahulu kala pulau Jawa terombang ambing, berguncang guncang karena belum punya pasak yang membuatnya kokoh, atas perintah para dewa diangkatlah Gunung Mahameru yang semula ada di Swarnadwipa dibawah menuju pulau Jawa, dalam perjalanan banyak bagian gunung yang jatuh berceceran akhirnya menjadi gunung dan pegunungan disepanjang Swarnadwipa dan Jawadwipa, lalu untuk memudahkan transportasi akhirnya Gunung Mahameru yang tersisa ditancapkan disebelah timur Lamajang dan sebelah barat Blambangan.
Gunung Mahameru ini merupakan gunung tertinggi di Jawa,Damarwulan mencoba mendaki gunung ini dari arah barat. Dalam perjalanan ini Damarwulan mendapat banyak rintangan dari bermacam macam bentuk mulai dari hadangan para penyamun perampok, pendekar-pendekar sampai hewan-hewan buas, namun semua bisa dihadapi Damarwulan hanya ada rintangan yang lumayan berat yaitu hadangan dari pendekar Kuda Tilarso, seorang pendekar sakti mandraguna dari lereng Mahameru yang termashyur. Ketika perjalanan semakin menanjak, terjal dan pepohonan mulai jarang Damarwulan memutuskan untuk beristirahat dan bermalam ditempat itu, kemudian Damarwulan mencari cari tempat yang aman untuk bermalam, tak lama kemudian dia menemukan sebuah goa yang cukup besar.
" Ah sebuah goa yang besar lumayan untuk bermalam." Damarwulan memasuki goa tersebut ,kondisi goa cukup bersih kelihatan kalau goa ini sering didatangi manusia atau bahkan ada manusia yang menghuni goa itu. Setelah masuk cukup dalam Damarwulan menemukan sebuah batu yang datar cukup untuk merebahkan tubuh, dia memutuskan berhenti dan merebahkan dirinya diatas batu yang datar itu ," Oohh nyaman juga batu ini , tubuhku pegal pegal capek seharian jalan kaki mendaki Gunung Mahameru ..."
Haripun menjadi gelap, suara suara binatang malam mulai berlomba mengeluarkan suara-suara emasnya, Damarwulan menyalakan api unggun dengan ranting ranting kering yang berceceran dilantai gua. Tak lama kemudian perutnya terasa lapar lalu Damarwulan mengambil makanan yang diambil dari bekalnya, lalu memakannya dengan lahap. Tak terasa malam makin larut Damarwulanpun kembali berbaring dibatu datar, tiba-tiba dia merasakan kehadiran seseorang yang berjalan menuju tempatnya berada," Hm aku mendengar langkah langkah kaki seseorang yang hendak kesini, aku harus waspada."
Damarwulan tetap berbaring telentang sambil memejamkan kedua belah matanya pura-pura tidur, sementara suara langkah kaki itu semakin mendekat dan mendekat. Hingga benar-benar mendekat dan dengan terkejut dan marah," Hey ! Siapa kau ! Berani masuk ke sini !"
Dan Damarwulan tetap berbaring pura-pura tidur sehingga sesosok berbaju hitam itu semakin marah," Kurangajar ! Budek ! Ayo bangun ! Bosan hidup ya kamu?"
" Bangsaaat ! Hiyaaaa .!!!" dengan marah sosok ini melancarkan tendangan yang mengarah ke Damarwulan yang masih pura-pura tidur ,namun dengan cekatan Damarwulan menghindari serangan orang ini," Hop hiyaaa !!" karenanya kemudian terjadi pertarungan yang sengit ,Damarwulan dengan ketangkasan melayani pertarungan dengan segala ketangkasanya , akhirnya pertarungan antara mereka terhenti karena Damarwulan yang memintanya.
" Tunggu dulu kisanak! Tunggu hentikan serangan ! Apa kesalahan saya kisanak !"
Damarwulan mencoba sosok berbaju hitam yang wajahnya terlihat samar-samar karena kondisi didalam gua itu agak gelap karena penerangannya hanya dari api unggun.
" Kenapa harus berhenti pengecut! Apa kau takut ? Jelas kau punya kesalahan padaku ! Karena kamu telah lancang masuk rumah pendekar Kuda Tilarso !!!" sosok itu rupanya pendekar sakti Kuda Tilarso.
" Oh maafkanlah kelancangan saya tuan pendekar Kuda Tilarso, saya kemalaman sehingga terpaksa masuk kesini tuan maafkan saya sekali lagi." namun Kuda Tilarso tak ambil pusing dengan permintaan maaf dan alasan Damarwulan ," Jangan banyak bacot! Ayo hadapi Kuda Tilarso pendekar sakti dari lereng Mahameru!" dengan gerakan memutar Kuda Tilarso kembali menyerang Damarwulan yang nampak belum siap dengan serangan kali ini sehingga dadanya terkena terjangan dan pukulan musuhnya dan terjungkal.
" Haha haha haha hanya segitukah kemampuanmu?" Damarwulan yang terjungkal kembali bangkit mencoba meraih kekuatannya," Baiklah tuan pendekar Kuda Tilarso saya harus membela diri saya .."
" Bagus! Jika engkau tidak melawan engkau akan mampus!!!! Ayo tunjukan kelebihanmu he satrio! Ayo tahan jurusku hiyaaaaa!!!!!!!"
Pertarungan kembali berlangsung dengan serunya, kali ini Damarwulan tidak hanya menghindar dari serangan namun juga melancarkan jurus-jurusnya, melihat hal ini Kuda Tilarso semakin bernafsu menyerang Damarwulan meningkatkan jurus-jurus pamungkasnya. Damarwulanpun melayani serangan pendekar ini, sehingga pada suatu kesempatan yang tepat Damarwulan mendaratkan pukulannya telak mengenai dada Kuda Tilarso, hingga tubuh Kuda Tilarso terdorong beberapa langkah ke belakang, sambil meringis menahan sakit Kuda Tilarso mengumpat," bangsaat !!!!!! Rupanya kamu pendekar pilih tanding siapa engkau sesungguhnya!”
Damarwulan tersenyum dan menjawab ," Saya hanya pemuda biasa dari kaki Gunung Kampud tuan."
" Aku tak percaya dengan kata katamu! Sekarang kita lanjutkan pertarungan ini! "
" Tunggu dulu tuan apa gunanya pertarungan ini?"
" Untuk menunjukan siapa yang paling digdaya diantara kita!"
" Kalau hanya untuk itu baiklah tuan Kuda Tilarso saya mengakui kedigdayaan tuan atas saya ."
" Kedigdayaan harus diraih dengan pertarungan! Ayo jangan banyak omong! Tahanlah jurusan dan ajian pamungkasku hiyaaaaat!!"
Kuda Tilarso segera mengeluarkan Ajian Lebur Saketi-nya, tubuhnya bergetar menggelorakan kekuatan yang amat besar, Damarwulan bersiap menghadapi serangan kali ini dengan menggunakan Ajian Tameng Wojo. Kuda Tilarso menyerang membabi buta ke tubuh Damarwulan sehingga menimbulkan ledakan ledakan yang mengglegar, Damarwulan hanya berdiam diri membiarkan tubuhnya ditendang dipukul dengan bertubi-tubi namun tubuh Damarwulan tak bergeming sedikitpun. Lama-kelamaan tenaga Kuda Tilarso habis, dia seperti memukul baja yang amat kokoh kaki dan tangannya sampai berdarah darah karenanya, sampai pada akhirnya Kuda Tilarso ambruk tak berdaya.
Damarwulan menghentikan Ajian Tameng Wojonya dan mendekati Kuda Tilarso yang tertelungkup kehabisan tenaga, lalu dengan menyentuh tangan Kuda Tilarso Damarwulan mengetahui kalau pendekar itu benar-benar tak berdaya kemudian mengangkat tubuh Kuda Tilarso keatas batu datar. Kemudian Damarwulan duduk bersila dihadapan Kuda Tilarso, mengerahkan hawa murni dari tenaga dalamnya
" Aku harus menyalurkan hawa murni untuk memulihkan tenaganya." beberapa saat kemudian Kuda Tilarso didudukan berhadapan dengan dirinya, lalu kedua tangannya ditempelkan kedua dada Kuda Tilarso ,lalu menyalurkan hawa murninya.
Setelah beberapa lama Kuda Tilarso mulai pulih tenaganya, Damarwulanpun menghentikan pengaliran hawa murninya, Kuda Tilarso tertunduk malu karena telah diselamatkan jiwanya oleh orang yang justru tadi dimaki-makinya ditendang bahkan diserang hendak dibunuhnya, Damarwulan tersenyum Ramah pada Kuda Tilarso dan berbicara," bagaimana keadaan tuan pendekar ,apa sudah baikan ? Kulihat tangan dan kaki tuan luka luka mau saya obati tuan."
" Tidak tuan tangan dan kaki saya tidak apa apa ....maafkan saya tuan, saya sangat tidak tahu diri ....justru tuan malah menyelamatkan nyawa saya, sungguh tak tahu malu saya tuan .." Kuda Tilarso membungkuk meminta maaf pada Damarwulan.
" Tak perlu sampai begitu tuan, sudahlah tuan yang penting kondisi tubuh tuan membaik jangan berpikiran macam macam dulu."
Kemudian Damarwulan menyuguhkan makanan bekalnya pada Kuda Tilarso .
" Sebenarnya siapakah tuan ini dan hendak kemana?"
" Saya berasal dari desa dikaki Gunung Kampud dekat kedaton lama Hastinapura, nama saya Damar, saya hanya pengelana yang ingin melihat Blambangan ."
" Jika tuan memerlukan sesuatu saya akan memenuhinya tuan ."
" Janganlah panggil sama dengan tuan, panggillah Damar saja saya bukan keturunan bangsawan hanya bocah ndeso."
Kuda Tilarso tersenyum," Baiklah kakang Damar ..." Damarwulan ikut tersenyum ," hahaha itu lebih enak didengar kan Kuda Tilarso?"
Begitulah singkat Damarwulan meneruskan perjalanan menuju Blambangan, setelah meninggalkan goa tempat tinggal Kuda Tilarso Damarwulan menjelajahi Gunung Mahameru selama beberapa hari akhirnya sampai dikaki gunung sebelah timur dari sana kemegahan kedaton Bangbangan yang berwarna merah menyala terlihat diantara megahnya kota Blambangan. Damarwulan mengagumi kemegahan kota dan kedaton Bangbangan yang luar biasa walau masih terlihat cukup jauh, memang kota dan kedaton ini dibangun Temenggung Arya Mandalika Wikramawardhana seorang panglima perang armada amukti palapa yang bermarkas dibedander yang kemudian membawa seluruh armadanya menuju timur setelah kecewa pada sikap Mahaprabu Hayam Wuruk yang mengusir dan memberhentikan secara tidak terhormat Mahapatih Gajahmada setelah perang Bubat.
Damarwulan meneruskan perjalanan dengan jalan kaki seperti pertama kali keluar dari pesanggrahan Madakaripura, menuju kota Blambangan yang tampak tidak terlalu jauh lagi. " Sesuai dawuh bapa resi aku harus menyelidiki kehidupan kedaton Bangbangan."
Memang Resi Tunggul Manik alias bekas Mahapatih I Hino Gajahmada mengutus Damarwulan anak angkatnya untuk berkelana ke Blambangan guna menyelidiki keadaan di kedaton Bangbangan yang santer dicurigai hendak memberontak dan melepaskan diri dengan pemerintah pusat di Sastrowulan, sekalipun sudah dipecat oleh putranya sendiri Gajahmada tetap berkewajiban menjaga keutuhan Mojopait sebagai penerus Nuswantara dan penguasa dunia. Perjalanan Damarwulan menyusuri desa desa dibarat kota Blambangan selama beberapa hari, sambil sesekali mencari informasi tentang keadaan kekuatan Minak Jinggo.
Sementara itu Damarwulan telah memasuki kota Blambangan mendengar adanya latihan para pemuda yang digembleng menjadi prajurit-prajurit khusus dialun-alun, segera menuju ke sana ingin menyaksikan latihan tersebut. Sementara di alun-alun para pemuda sedang berlatih olah keprajuritan disaksikan rakyat kota Blambangan, nampak Damarwulan ada diantara kerumunan rakyat yang memadati alun-alun. Damarwulan kagum dengan ketangkasan para pemuda itu, pelatih mereka adalah para hulubalang prajurit Blambangan yang dengan keras penuh disiplin melatih dan menggembleng mereka. Biasanya ada tempat khusus berlatih bagi para prajurit atau calon prajurit didalam gedung bunder yang tidak beratap, mempunyai tempat duduk bertingkat yang melingkari sebuah alun-alun kecil, hanya kerabat kedaton yang boleh melihatnya, namun karena tujuannya rakyat supaya tahu latihan ini maka dipindahkan ke alun-alun.
Sementara itu di puri dalem keprabon bale Bangbangan Raden Ayu  Kencono Wungu sedang menghadap ayahandanya Wikramawardhana atau disebut Minak Jinggo ditengah hari. Raden Ayu  Kencono Wungu matur pada Ramanya," Rama kenapa Rama mengundang pemuda-pemuda dari penjuru Blambangan untuk dilatih menjadi prajurit-prajurit khusus Rama? Bukankah prajurit Blambangan sudah memadai menjaga keamanan Tlatah kita ini?"
Minak Jinggo tersenyum mendengar pertanyaan putrinya." Putriku engkau kini sudah besar nduk, ingatkah engkau peristiwa sepuluh tahun yang lalu ketika kita masih dibedander ?"
" Ketika itu ananda masih kecil Rama jadi kurang begitu paham."
" Setelah perang Bubat yang dahsyat itu tanpa bertanya tanpa mencari pertimbangan Mahaprabu Hayam Wuruk memanggil Mahapatih Gajahmada dan Dewi Lanjar ke puri dalem keprabonnya dikedaton Sastrowulan, memarahi kedua orang yang justru menyelamatkan negara dan tahtanya sebagai maharaja."
" Kenapa Dewi Lanjar putri Galunggung juga dipanggil Rama ?"
" Tentu saja Dewi lanjar dipanggil Mahaprabu Hayam Wuruk karena dianggap ikut mendorong terjadinya perang Bubat, padahal bukan begitu kejadian sesungguhnya, yang membuat kami kecewa adalah sikap dan keputusan mengusir dan memecat gusti Mahapatih Gajahmada secara tidak hormat! Padahal beliaulah tokoh yang paling berjasa bagi Mojopait dan Nuswantara!" Adipati Minak Jinggo mengeraskan suaranya menegaskan kemarahan yang meluap luap. Kencono Wungu melihat kemarahan yang terlihat dari ucapannya jadi ragu ragu untuk menanyakan lebih lanjut, lalu setelah agak reda kemarahannya Adipati Minak Jinggo berkata," Kencono Wungu putriku ada apakah ananda menanyakan semua itu?"
" Ananda khawatir akan terjadi peperangan dengan Mojopait Rama, sebuah pertumpahan darah diantara kita sendiri." Adipati Minak Jinggo mengeryitkan dahi mendengar kata kata putrinya itu .
" Ketahuilah Kencono Wungu, Ramamu ini tidak pernah berniat memberontak pada Mahaprabu Hayam Wuruk di Sastrowulan, Ramamu dan seluruh pasukan kecewa pada keputusan beliau tentang pemecatan gusti Gajahmada!"
" Lantas kenapa Rama memperkuat Blambangan dengan melatih pemuda-pemuda menjadi prajurit-prajurit khusus Rama? Apa itu tidak memancing kemarahan mahaprabu di Sastrowulan?"
" Anakku Kencono Wungu cepat atau lambat Mojopait akan mengerahkan prajurit-prajuritnya untuk menangkap Ramamu ini, di Tlatah Blambangan ini rakyat telah menganggapku sebagai raja mereka, setiap serangan ke Blambangan adalah juga serangan terhadap rakyat maka Ramamu ini berkewajiban membela rakyat dari serangan musuh." Adipati Minak Jinggo menegaskan tujuannya memperkuat pertahanan Blambangan, Raden Ayu  Kencono Wungu kehabisan akal untuk melunakan hati Ramandanya.
Dengan putus asa Raden Ayu  Kencono Wungu memohon izin untuk kembali ke kaputren ," Baiklah Rama, ananda mohon undur diri dari puri dalem keprabon hendak kembali ke kaputren."
 " Kembalilah ke kaputren putriku beristirahatlah .."
Setelah menghaturkan sembah bakti Raden Kencono Wungu diantar dayang-dayang kembali ke kaputren, sementara Adipati Minak Jinggo masih duduk didampar kencono dengan segala keresahan dalam pikirannya.
Sementara itu Damarwulan telah memasuki kota Blambangan mendengar adanya latihan para pemuda yang digembleng menjadi prajurit-prajurit khusus di alun-alun, segera menuju ke sana ingin menyaksikan latihan tersebut. Sementara di alun-alun para pemuda sedang berlatih olah keprajuritan disaksikan rakyat kota Blambangan, nampak damarwulan ada diantara kerumunan rakyat yang memadati alun-alun. Damarwulan kagum dengan ketangkasan para pemuda itu ,pelatih mereka adalah para hulubalang prajurit blambangan yang dengan keras penuh disiplin melatih dan menggembleng mereka.
Biasanya ada tempat khusus berlatih bagi para prajurit atau calon prajurit di dalam gedung bunder yang tidak beratap, mempunyai tempat duduk bertingkat dan melingkari sebuah alun-alun kecil, hanya kerabat kedaton yang boleh melihatnya, namun karena tujuannya rakyat supaya tahu latihan ini maka dipindahkan ke alun-alun.
Di tengah serunya latihan perang tersebut dari arah kedaton munculnya rombongan kereta kencana menuju alun-alun, rupanya sang adipati Minakjinggo dan putrinya Raden Ayu Kencono Wungu hadir untuk melihat langsung latihan prajurit itu. Melihat junjungannya turut menyaksikannya para pemuda semakin bersemangat berlatih terutama karena kehadiran Raden Ayu Kencono Wungu yang cantik jelita tak terkecuali Damarwulan yang juga menyaksikan latihan perang dari tepi alun alun.
" Duh gusti ayu Kencono Wungu aduh ayune..." gumam Damarwulan dalam hati, tak lama kemudian Adipati Minak Jinggo turun dari kereta bersama putri Kencono Wungu menuju tempat duduk yang telah dipersiapkan, lalu sang adipati berkata pada Temenggung Suro Cakra," Temenggung bagaimana potensi pemuda pemuda ini jadi prajurit khusus?"
"Mohon ampun gusti, pemuda-pemuda ini sebenarnya cukup berbakat, namun untuk menjadi prajurit khusus perlu gemblengan yang membutuhkan waktu lama gusti." Jawab Temenggung Suro Cokro.
" Baiklah temenggung yang penting kamu latih mereka sehingga mampu menghadapi prajurit-prajurit Mojopait yang dipimpin Temenggung Arya Mandalika Empu Nala. "
" Sendiko dawuh gusti."
Selanjutnya Temenggung Suro Cokro kembali ke tengah alun-alun memimpin latihan prajurit, sementara itu Damarwulan berusaha mendekati bangsal yang ditempati Adipati Minak Jinggo dan putri Kencono Wungu. Karena ketatnya penjagaan terhadap bangsal tersebut Damarwulan kesulitan mendekat, dan melihat putri Raden Ayu  Kencono Wungu dari kejauhan sambil mencari cara untuk mendekat. Tak lama kemudian angin bertiup kencang berputar putar dialun alun semakin lama semakin kencang.
Membuat umbul-umbul beterbangan, semakin lama angin lesus ini semakin kencang bertiup, banyak orang yang mulai terdorong bahkan terjungkal tiupannya. Tak terkecuali para prajurit, para pemuda dan bangsal tempat Adipati Minak Jinggo  kocar-kacir terkena tiupan angin lesus ini, sementara itu Raden Ayu  Kencono Wungu memeluk ayahandanya Adipati Minak Jinggo yang tampak kokoh tak bergeming sedikitpun oleh terpaan angin lesus," Rama-Rama ada apa ini Rama kenapa ada angin lesus yang tiba tiba datang disini Rama?"
Adipati Minak Jinggo  tersenyum mendengar ketakutan putrinya ," Tenanglah anakku tenanglah ."
Rupanya sang Adipati Minak Jinggo yang nama aslinya adalah Wikramawardhana mantan Panglima Armada Amukti Palapa yang termasyur kehebatannya itu menyadari kalau angin lesus tadi adalah sebuah Ajian Bayu Bajra yang digelar oleh seseorang yang sakti, sehingga beliau tidak terlalu panik hanya heran siapa yang bisa menguasai ajian tersebut dan kenapa dia sengaja menggunakan ajian itu pada alun alun tempat latihan para bawahannya," Hmm siapa yang menguasai ajian bayu bajra ini? Pasti ada telik sandi Mojopait disini tapi siapa dia? Hanya gusti Gajahmada yang bisa menurunkan ajian .." Adipati Minak Jinggo  berkata dalam hati. Tak lama kemudian angin lesus surut berangsur-angsur, para prajurit dan warga bersama sama membenahi kerusakan kerusakan akibat angin lesus tadi, kemudian Temenggung Suro Cokro menghadap pada junjungannya," Mohon ampun gusti, karena angin lesus ini suasana latihan kacau balau gusti, namun hamba curiga ini ajian seseorang yang hendak mengacau ...mungkinkah dari...."
" Sudahlah temenggung, jangan diteruskan kata-katamu, sebaiknya istirahatkan dulu latihan ini,  lanjutkan lain hari."
" Sendiko dawuh gusti."
Sementara itu Damarwulan dengan tergesa-gesa meninggalkan alun-alun tempat latihan prajurit Blambangan dan berhenti didekat gapura kota," Rupanya Bapa Resi Tunggul Manik  kurang berkenan tadi aku mengerahkan ajian bayu bajra dengan cara menghentikan ajianku dari jarak jauh." gumam Damarwulan dalam hati," Hmm baiklah bapa, maafkan kehilafanku karena sembarangan menggunakan ajian bayu bajra, mungkin aku harus meninggalkan Blambangan ini..."
Akhirnya Damarwulan dengan berat hati meninggalkan Tlatah Blambangan menuju ke barat menuju pasanggrahan Madakaripura mengabaikan gejolak hatinya yang ingin selalu dekat dengan putri Minak Jinggo Raden Ayu  Kencono Wungu.



indeks
- Bedander sekarang lebih dikenal dengan dander di wilayah kabupaten bojonegoro
- Gunung Kampud sekarang bernama Gunung Kelud
- Madepa berasal dari bahasa madura artinya halaman depan dumah / teras depan rumah
- Sastrowulan sekarang lebih di kenal dengan trowulan kabupaten Mojokerto
- Lamajang atau lumajang sebuah kadipaten besar yang terletak di sebelah timur gunung salaka dan gunung bromo dan sebelah barat gunung mahameru.lamajang didirikan Arya Wiraraja atau yang dikenal dengan Adipati Cakraningrat,kadipaten lamajang masih satu masa dengan berdirinya Mojopait di Sastrowulan